Oleh: Nurbani Yusuf*
TUHAN tidak tidur tapi negara yang ketiduran, satu narasi demonstrasi yang atraktif. Segala puji bagi Tuhan yang telah menjadikan FPI sebagai pelindung bagi warga negara di Wamena yang ditindas para perusuh yang terkutuk. Senakal apapun FPI, umat Islam tak bakal merusak rumahnya sendiri.. camkan itu..!!!
Patut saya pujikan dan bukan berlebihan, hanya ungkapan kesal kepada negara yang alpha, karena sibuk membangun koalisi dan relasi untuk kemewahan politik.
Menabalkan diri sebagai negara penjaga malam (a night watchman state). Di Wamena kerusuhan seperti dipelihara, negara terlihat gagap dan tak punya nyali mengatasi keberingasan perusuh membantai para pendatang, kurban berjatuhan, rumah dibakar, pengungsi meruak, negara seperti hilang kemampuan, negara tidak se-atraktif saat mengendalikan demo anak-anak STM dan Mahasiswa lusa kemarin, ada apakah? Banyak curiga, sebab negara terlihat deskriminatif dan berat sebelah, ada yang ditindas ada yang dibela? Pesanan siapakah?
Saya seperti kehabisan kata, Ketika para elite politik banyak sibuk berpolemik, tentang ketakutan gagalnya pelantikan presiden hingga anggapan radikalisme, lantas membiarkan kerusuhan terjadi. Ada pembiaran yang melahirkan ketidak percayaan publik terhadap negara. Ini memang aneh, ironis dan memalukan.
Semua tahu bahwa yang terjadi tidak luput dari konspirasi Amerika dan China yang berebut hegemoni, perpindahan ibu kota secara mendadak dan bukan bagian dari kampanye Pilpres terasa menyesakkan dan berpotensi menyalakan konflik geo-politik regional.
Rezim Jokowi telah memancing marah dan reaksi, relasi dengan China yang terlalu dekat bakal membuat negara kian sibuk. Sebab Amerika dan sekutunya pasti cemburu. Jokowi pun tak punya daya magis lagi untuk menyelesaikan masalah internal bersangkut sara. Dan ini sangat berat bagi jaminan stabilitas negara lima tahun ke depan.
Ancaman distabilitas seperti api dalam sekam, bisa meledak sewaktu-waktu, sebab massa rakyat hanya tinggal tunggu moment dan timing yang tepat, rakyat mulai jengah karena negara dianggap tak cukup mampu mengatasi soal.
Kenapa negara menjadi lemah dan tak cukup mampu melindungi warganya? Pertanyaan besar ditengah kemewahan politik pasca Pilpres. Politisi kita terlalu bermewah-mewah sehingga tak cukup berani turun ke akar rumput, mungkin takut sepatunya kotor atau jas dan dasinya lusset terkena debu.
Ketika negara pulas, maka jangan salahkan bila FPI dan kelompok paramiliter lainnya hadir dan beroleh simpati, sebab negara tak punya nyali mengendalikan perusuh, kecuali pernyataan retoris untuk mengulur waktu, tapi sampai kapan polisi kuat bertahan menjaga tuannya.
Rusuh Wamena adalah bukti bahwa negara alpha, rakyat dibiarkan menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa kehadiran negara. Jika terus dibiarkan berlangsung, negara bakal kehilangan banyak, jangan lupa kerajaan impherium Romawi jatuh karena serangan kaum vandal atau barbar yang dibiarkan menahun.
Jangan biarkan NKRI menjadi Negara Kepolisian Republik Indonesia, sebab polisi hanya sibuk menjaga negara dan melupakan warganya.
Saya tak hendak memuji sikap FPI yang patriotik atau MDMC yang terus berdera susah bersama korban di Wamena untuk melindungi yang ditindas, tapi bagi saya ini adalah tamparan keras buat elit penguasa yang pongah tapi penakut.
*) Komunitas Padhang Makhsyar