Muhammadiyah memaknai dakwah bukan hanya dakwah bil lisan, tetapi juga dakwah bil hal. Dakwah bil hal secara sederhana dimaknai dakwah yang secara langsung menyentuh dan menyelesaikan problem kehidupan. Maka ketika ada problem kehidupan manusia, Muhammadiyah sebagai gerakan Islam juga terpanggil untuk melaksanakan kegiatan dakwah bil hal melalui bidang kemanusiaan itu.
Dan kita tahu bahwa dakwah bil hal ini dampaknya kadang lebih jelas, lebih besar pengaruhnya dibandingkan dakwah bil lisan. Maka di situlah kemudian Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah Islam mengambil peran, karena tidak mungkin problem-problem kehidupan hanya diselesaikan dengan dakwah bil lisan.
Kehadiran Islam yang seperti itu telah ditegaskan dalam Al-Qur’an QS. Al Anbiya ayat 107, Wama arsainaka Illa rah matan lil alamin. Karenanya, kepada seluruh penghuni alam ini harus merasakan kasih sayang Allah tanpa memandang latar belakang agama, ras, suku dan golongan. Muhammadiyah hadir untuk melakukan dakwah bil hal melalui kemanusiaan kepada siapa pun yang membutuhkan rahmatan lil alamim. Itulah yang harusnya dilakukan sebagai inti dakwah.
Diawal gerakan kemanusiaan, Muhammadiyah sebagai perwujudan dari yang diajarkan Kyai Haji Ahmad Dahlan pada murid-muridnya memulai dengan tiga hal. Pertama, untuk menghadapi keterbelakangan ekonomi dengan pemberian santunan makanan dan santunan kepada dhuafa yang orang dulu sering menyebut gerakan feeding (pelayanan sosial). Kemudian yang kedua, bahwa pada waktu itu juga terjadi problem keterbelakangan pendidikan, maka Muhammadiyah hadir dengan gerakan pendidikan yang orang mengenal dengan gerakan schooling (pendidikan).
Lalu yang ketiga, pada saat awal dulu kesehatan itu juga terbatas bagi masyarakat pribumi karena masih terjajah, maka Muhammadiyah hadir juga dalam gerakan yang kita sebut gerakan healing (pelayanan kesehatan).
Tetapi tidak hanya itu, kalau kita melihat di tahun 1919 sudah memimpin laskar kebencanaan untuk ikut menangani bencana kemanusiaan yang terjadi saat gunung api Kelud meletus. Relawan kebencanaan Muhammadiyah itu sering dikenal dengan sebutan “Laskar Kyai Syujak”. Jadi kalau dilihat dari situ, prinsipnya seluruh yang membutuhkan pertolongan dakwah Islam, maka Muhammadiyah tentunya ikut hadir.
Sekarang kemudian berkembang yang dulu hanya mengurusi sosial dan sekaligus mengurusi kesehatan, serta kemudian sekarang berkembang menjadi beberapa majelis dan lembaga. Ada MPS yang mengurusi sosial, kemudian yang mengurusi kebencanaan ada MDMC, yang mengurusi kesehatan MPKU. Yang mengenangani pemberdayaan kaum miskin petani dan nelayan dan yang lain, termasuk kaum difabel ada sendiri. MPM ini juga masih dilengkapi dengan gerakan fun racing dalam rangka menguatkan gerakan sosial itu yang dilakukan LazisMu.
Dimasa Pandemi virus corona atau Covid-19 yang melanda banyak negara termasuk Indonesia menjadi keprihatinan semua pihak. Berbagai upaya dilakukan guna menanggulangi penyebaran virus tersebut, tak hanya oleh Pemerintah, melainkan juga segenap elemen masyarakat. Tak ketinggalan, Muhammadiyah mengerahkan elemen-elemen yang mereka miliki demi membantu pencegahan penyebaran Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).
Sejak 5 Maret 2020, langsung dibentuk Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC), jumlah RSM/RSA yang ditunjuk melakukan penanganan pasien Covid-19 terus bertambah. Diawali 15 rumah sakit, ditambah menjadi 20 dan 35, kini sudah ada 64 RSM/RSA yang diamanatkan menangani pasien-pasien Covid-19. Yang menarik di Muhammadiyah itu, bahwa seluruh perjuangan selalu ditanamkan semangat keikhlasan. Dengan seluruh gerakan itu dilandasi keikhlasan, maka muncul pertolongan dari Allah. Sehingga karena keikhlasan itu para pejuang begitu tahan terhadap tantangan, karena yakin bahwa orang Ikhlas itu harus sabar. Orang Islam harus tangguh, karena keikhlasannya itu, hasil kerjanya jadi luar biasa. Karena kerja yang luar biasa itu kemudian mendapatkan apresiasi bahkan penghargaan dari berbagai pihak.
Tetapi sekali lagi orang Muhammadiyah melakukan itu tidak untuk penghargaan, melakukannya tidak dalam rangka mendapatkan apresiasi, yang utama itu adalah kepercayaan untuk terus berkipran di Persyarikatan Muhammadiyah. Dengan terus berkiprah di Persyarikatan Muhammadiyah, akan mendapatkan hati dan penghargaan bukan dalam bentuk materi atau yang lain. Orang-orang seperti itu namanya akan terus dikenang. Kita kenal bahwa sekarang ini bagaimana orang orang hebat itu senantiasa disebut-sebut dalam kajian bahkan namanya dipakai untuk nama masjid, nama kampus, nama gedung, nama pusat-pusat kegiatan Persyarikatan Muhammadiyah.
Itu adalah bagian dari upaya penghargaan terhadap para pejuang sosial itu. Nah! Ketika Muhammadiyah sekarang sudah berkembang semakin kuat, Alhamdulillah Muhammadiyah kemudian menghormati keluarga dan anak turun para pejuang itu. Dan ini menjadi kewajiban kita para penerus dan pengurus Muhammadiyah untuk menghargai dan menghormati para pejuang-pejuang sosial itu. Jangan sampai beliau-beliau yang karyanya sudah luar biasa, namun kemudian keluarga dan anak turunnya menjadi terlantar.
KH. Ahmad Dahlan mengajarkan kepada murid-muridnya pada dekade awal abad ke-20 tentang pemahaman Surat al-Maun, yang inti surat ini mengajarkan bahwa ibadah ritual tidak ada artinya jika pelakunya tidak melakukan amal sosial. Surat ini bahkan menyebut mereka yang mengabaikan anak yatim dan tak berusaha mengentaskan masyarakat dari kemiskinan sebagai pendusta agama.
Spirit inilah yang ditangkap oleh Kyai Dahlan dan diimplementasikannya dalam kehidupan sosial melalui persyarikatan Muhammadiyah. Nilai-nilai ini sejalan dengan misi Islam di muka bumi sebagai agama yang rahmatan lilalamiin. (*)
Penulis : Hadi Prasetyo (Mahasiswa Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang)