
SURABAYA, PIJARNEWS.ID – Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof. Abdul Mu’ti bangga pernah berproses serta menjadi bagian dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Pria kelahiran Kudus ini, hadir dan memberikan kesannya pada Resepsi Milad IMM ke-58 tahun di Aula Mas Mansyur, Kantor Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur pada Senin, (14/3) yang diadakan oleh Forum Keluarga Alumni (Fokal) IMM Jawa Timur
“Saya sekarang memang diamanahi jadi Sekum PP Muhammadiyah. Tapi saya juga mau disebut alumni IMM. Saya pernah dikader di IMM. Meski hanya sampai tingkat DPD IMM saja, dan itu pun tidak sampai selesai karena harus melanjutkan kuliah ke luar negeri. Tapi aaya bangga pernah dikader dan kini menjadi alumni IMM,” kata Mu’ti.
Pada Resepsi Milad IMM kali ini, diisi dengan pengukuhan 20 Koordinator Daerah (Korda) Fokal IMM se-Jatim, dan Launching Graha Fokal IMM Jatim yang dimana Prof. Abdul Mu’ti memberikan modal awal sebesar 10 juta Rupiah untuk pembangunannya. Selain itu, peringatan milad IMM juga di sertai sarasehan dan seminar kebangsaan.
Prof. Mu’ti juga menceritakan seperti apa perjalanannya ketika berproses menjadi kader IMM di IAIN Walisongo, Semarang, Jawa Tengah. Saat itu, IMM menjadi kelompok minoritas di Kampus IAIN Walisongo. Meski begitu, IMM di IAIN Walisongo bisa menjadi kelompok minoritas yang kreatif.
“Waktu itu, kita memang memang minoritas. Tapi kalau urusan ada beasiswa, misalnya, anak IMM selalu dapat. Kita di sana memang minoritas tapi pinter-pinter. Mentes-mentes kadernya. Sehingga IMM tidak mudah dipetes. Kita membangun kemandirian IMM di sana dengan militansi dan kualitas. Itu kelebihan kami selama menjadi IMM,” ceritanya.
Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta ini mengungkapkan, karirnya saat ini. Baik itu karir di Persyarikatan Muhammadiyah, maupun dalam dunia akademik, memang tidak bisa dilepaskan dari kontribusi dan peran serta dari proses perkaderan di IMM. Juga secara kekaderan di Muhammadiyah, terutama penguatan secara ideologi dan militansinya. Prof. Mu’ti mengakui, bahwa itu semua terbentuk ketika dirinya aktif dikaderisasi IMM.
“Sebagai mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah (PP PM), saya itu tidak pernah ikut perkaderan di Pemuda Muhammadiyah. Maka bisa dikata, Pemuda Muhammadiyah yang memanen hasil saya di IMM. Karena saya sudah dikader di IMM,” jelasnya.
Prof. Abdul Mu’ti menegaskan, adapun kekuatan terbesar dari IMM adalah diranah intelektual. “Keunggulan itu yang membuat kita bisa berfastabiqul khairat dengan organisasi lain. Juga dengan kader kemahasiswaan intra maupun ekstra kampus,” terangnya.
Lebih lanjut ia meminta, agar kader IMM bangga dengan sebutan Immawan (laki-laki) maupun Immawati (kader perempuan). “Jangan memangil kawan-kawan, atau teman-teman ke sesama kader. Panggilan itu tidak menunjukkan adanya semangat perjuangan dan identitas organisasi,” pungkasnya. (Aan/Hen)