
SURABAYA, PIJARNEWS.ID – Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Bulak Surabaya, memiliki program rutin peningkatan kompetensi pada guru dan tenaga kependidikan (tendik). Bertempat di SD Muhammadiyah 9 Bahari Surabaya, kegiatan ini dikemas dengan melaksanakan Darul Arqom 1443 H.
Program tersebut diadakan menjelang bulan suci Ramadhan 1443 Hijriyah pada hari Rabu dan Kamis, (30-31/3) di ruang kelas lantai I gedung Sekolah Bahari (SDM 9 Surabaya) yang diikuti oleh seluruh guru dan tendik yang berjumlah sekitar 50 orang. Para peserta terlihat sangat gembira dan antusias mengikuti kegiatan yang digelar selama dua hari tersebut.
Edy Susanto, Kepala SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya (Sekolah Teladan Nasional) periode 2014-2018 yang menjadi narasumber pada acara tersebut, memberikan amanah dan berkesempatan untuk me-recharging guru dan tendik sekolah yang terletak di pinggir pantai Kenjeran Kota Surabaya. Laki-laki yang menjadi Ketua Lembaga Penjamin Mutu Akademik (LPMA) SDM 4 Pucang Surabaya ini memberikan jurus-jurus jitu, seperti apa untuk menjadi guru yang mendidik bukan membidik.
“Guru harus mampu menjadi teladan siswa dan pegawai di sekolah maupun di luar sekolah. Guru harus mampu memberikan perhatian secara khusus di kelas maupun di rumah,” terangnya.
Pria yang pada saat ini juga menjabat sebagai Ketua Tim Inovasi Pendidikan (TIP) SMP Muhammadiyah 5 (SPEMMA) Pucang Surabaya itu tidak segan-segan untuk mengingatkan kepada peserta Darul Arqom agar jueh (peduli) kepada siswa-siswinya.
“Jangan sampai ada siswa yang sedang sakit dibiarkan begitu saja untuk mengikuti pelajaran tanpa ada perhatian dari guru. Guru harus jeli (respon) kepada siswanya. Jangan biarkan mereka menahan rasa sakit di kelas. Tanya dan bawa ke ruang UKS. Hubungi orang tua (wali siswa) untuk menjemput dan mengobati (membawa ke dokter)”, ujar guru yang pernah meraih Juara I Lomba Kepala Sekolah Berpestasi Tingkat Kota Surabaya pada tahun 2017 itu.
Menurut Edy, guru di era digital seperti saat ini harus ditekan untuk gemar membaca dan menulis. Ia pun sambil menunjukan gambar tiga buku karya tulisnya di slide powerpoin. Ketiga buku tersebut adalah Membedah Semangat Osaka, Allah Maha Baik Hati, dan buku SKOJU (Sekolah Berkemajuan) yang masih dalam proses cetak. Buku pertamanya yang berjudul Membedah Semangat Osaka yang ditulis pada tahun 2015 tersebut, menjelaskan tentang pengalamannya studi banding ke sekolah-sekolah dan perjalanannya selama lima belas hari bersama 9 Kepala Sekolah Muhammadiyah Se-Kota Surabaya untuk studi banding ke beberapa kota di Jepang.
“Banyak hal yang dapat diambil pelajaran selama perjalanan. Warga Jepang memiliki komitmen yang tinggi untuk menjaga kultur kedisiplinan, ketertiban, dan kebersihan lingkungannya. Siswa dididik memiliki kecakapan hidup seperti sikap kerjasama, tanggung jawab, percaya diri, tertib, hidup bersih, saling menghargai, dan mandiri,” ujar Edy.
Lebih lanjut ia menambahkan, bahwa menjadi guru memang tidak mudah, banyak hal yang harus dilakukan. Bukan sekedar bermodal ilmu akademik tinggi pada saat di bangku kuliah, namun guru harus mampu mengembangkan diri agar tidak ketinggalan zaman.
“Guru dituntut untuk kreatif, inovatif, dan solutif. Gunakan jurus Amati, Tiru, dan Modifikasi atau biasa disingkat ATM. Guru juga perlu melakukan refreshing pendidikan dengan cara melakukan studi banding (silaturrahiim pendidikan) ke beberapa sekolah lain, ke tempat wisata pendidikan, perguruan tinggi, dan lain sebagainya,” ungkap Edy.
Pada akhir materinya, laki-laki yang menjabat sebagai Sekretaris Forum Guru Muhammadiyah (FGM) Jawa Timur ini memberikan tips agar guru mampu membangun keunggulan sekolah dengan cara memiliki diferensiasi, inovasi, penguatan literasi, branding, teamwork yang solid, prestasi akademik, dan non akademik, serta marketing yang handal. “Jika ingin menjadikan sekolahnya diminati oleh masyarakat, guru tidak boleh berdiam diri. Guru tidak boleh puas dengan hanya mengajar, dan melakukan rutinitas,” tegasnya
“Guru wajib menyibukkan diri dengan banyak belajar dan berhidmat di Persyarikatan Muhammadiyah agar kompetensinya terus meningkat dan beramar ma’ruf nahi munkar. Guru berkualitas akan menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Guru berkualitas lebih mengutamakan proses bukan hasil. Tidak banyak menuntut tapi banyak memberi kebermanfaatan,” pungkas Edy. (MS Suwaiby/Hen)