Di Bulan Ramadan, insya Allah kita semua telah berhasil melalui fase sepuluh hari pertama yang sudah pasti berat, karena tubuh dan pikiran berusaha beradaptasi dengan kondisi saat puasa. Maka sepuluh hari kedua pada Ramadan kali ini mungkin akan terasa lebih ringan. Ini karena akhirnya tubuh sudah mulai terbiasa dengan aktivitas puasa, yang menuntut seseorang untuk tidak makan dan minum dimulai sejak matahari terbit hingga saat matahari terbenam.
Bulan Ramadan terdiri dari beberapa fase. Fase pertama disebut rahmah, yaitu Allah swt memberikan kasih sayangnya kepada hamba dalam segala lini. Terlebih adalah orang-orang yang beriman, yang secara khusus mendapatkan perintah agung dan mulia. Sekaligus menguji dengan rasa kasih sayangnya dengan sapaan yang penuh perhatian. Sebutan khusus itu ialah “Wahai orang-orang yang beriman”. Pada fase sepuluh hari kedua ini, adalah fase transisi setelah Allah menurunkan rahmat-Nya. Kemudian Allah memberikan maghfirah dengan dijanjikannya dalam sebuah hadis Nabi Muhammad saw, “Barang siapa yang berpuasa dengan penuh rasa keimanan, maka Allah akan senantiasa mengampuni dosa-dosanya yang akan datang,” (HR. Bukhari Muslim).
Pada fase pertama biasanya masjid, mushala dipenuhi dengan jama’ah salat Tarawih. Mereka berbondong-bondong untuk berangkat menuju tempat-tempat ibadah dengan ukhuwah islamiyyah, serta hati yang tulus ikhlas yang dibarengin dengan rahmah Allah yang Maha Kasih dan Sayang. Fase pertama ini memberikan peluang kepada kaum muslimin untuk diuji keimanannya sehingga mampu memasuki fase kedua yang juga mengandung nilai ibadah yang tinggi hasilnya.
Kemudian masuklah pada fase kedua, yakni suatu fase pengampunan (maghfirah). Maksudnya adalah barang siapa yang dapat melewati fase sepuluh hari kedua, maka Allah swt senantiasa akan memberikan maghfirah-Nya. Betapa mulianya Allah Sang Maha Pengampun, yang berkehendak mengampuni setiap hamba-Nya. Bahkan dikatakan oleh baginda Rasulullah, bagi siapa saja yang bahagia dengan datangnya bulan Ramadhan, Allah senantiasa mengharamkan jasadnya untuk masuk kedalam api neraka.
Begitu mulianya Ramadan, rasa bahagia menyambut datangnya bulan Ramadan saja Allah mengharamkan jasad seorang hamba yang bahagia menyambutnya, masya Allah.
Memasuki pada sepuluh hari kedua di bulan Ramadan ini merupakan hari-hari fase transisi, yaitu antara menurunnya semangat, karena Ramadhan di sepuluh hari pertama sudah usai serta bercampurnya dengan kebahagiaannya menjelang lebaran. Bagi siapapun yang bisa melewati puasa Ramadan hingga fase kedua, insyaallah bisa mendapatkan ampunan yang tidak akan diperoleh di bulan-bulan yang lain dan hari terbaik untuk berdoa meminta kebaikan dunia dan akhirat. Sebab pada hari-hari tersebut Allah swt memberi kenikmatan dikabulkannya doa bagi hamba-Nya. Karena waktu terkabulnya doa yang paling mustajab ada di bulan Ramadan.
Melihat pahala dan keutamaan puasa Ramadan yang begitu besar, sangat disayangkan apabila sampai ditinggalkan. Jangan sampai kita melewatkan hari-hari penuh ampunan yang telah dijanjikan Allah swt dengan sia-sia. Ada beberapa amalan utama yang bisa dilakukan saat sepuluh hari kedua Ramadan untuk memberikan keuntungan tersendiri bagi umat, yakni melakukan salat malam, berdoa, tilawah Qur`an dan berzikir.
Pada waktu-waktu inilah saat yang paling tepat untuk memperbanyak do’a, serta memohon ampunan kepada Allah swt atas segala dosa-dosa yang telah kita lakukan di masa lalu agar diampuni dan dibebaskan dari hukuman. Sebagai manusia yang secara filosofi berasal dari kata nasia yansa, yaitu selalu melekat pada dirinya dosa dan kesalahan, atau dalam filosofi Jawa disebut menungso (menus-menus isine doso), yaitu makhluk yang penuh dengan dosa. Bahkan dikatakan setiap anak Adam pasti melakukan kesalahan, dan sebaik-baiknya kesalahan adalah mereka yang bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya taubat.
Rasulullah mengajari kepada kita untuk memperbanyak istighfar, sebagai ikhtiar hamba untuk menghapus segala kesalahan dan dosa. Dan pada saat inilah Allah swt membuka peluang besar bagi hamba-Nya untuk senantiasa masuk dalam lingkaran keimanan yang menjadi bekal untuk dapat menjalankan ibadah puasa yang merupakan washilah untuk menggapai ketaqwaan di sisi-Nya.
Semoga dengan spirit iman, amal dan taqwa ini Allah swt, senantiasa memberkahi kita di bulan nan suci dan mulia ini yaitu keberkahan yang tiada berhenti, karena Dia-lah satu-satunya pemilik kemuliaan dan barang siapa yang mengharapkan kemuliaan, hendaklah mengharapkan dari-Nya. Agar kita semua dapat menjalani fase kedua dengan selamat dan mendapat maghfirah dari-Nya. Sehingga dapat menggapai fase ketiga, yaitu dijauhkan dari siksa api neraka, sehingga kita pada akhirnya mendapatkan kemenangan berupa Idul Fitri. (*)