Jelang Musyawarah Wilayah (Musywil) Muhammadiyah Jawa Timur yang dilaksanakan pada tanggal 24-25 Desember 2022 di Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Bonus demografi adalah isu yang masih hangat dan sangat relevan untuk terus dibahas, diperdalam, dan menjadi fokus utama Persyarikatan Muhammadiyah ini jika bertujuan untuk menjadi organisasi masyarakat yang berkemajuan dan mencerahkan.
Tapi hal ini menjadi sangat ironi tersendiri, tatkala berbicara antara ekspektasi dan realita. Karena kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) kader muda Muhammadiyah masih rendah, terutama Jawa Timur. Ini juga merupakan PR kita bersama, bukan tugas Persyarikatan saja. Rendahnya kualitas SDM kita merupakan implikasi dari senjangnya output dan outcome pendidikan di Indonesia. Sehingga berimplikasi pada perlambatan peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) secara gradual.
Fenomena perlambatan peningkatan IPM ditengah mulainya Indonesia masuk pada “aging population” yaitu meningkatnya usia produktif. Seharusnya dapat menjadi pendorong yang lebih kuat lagi bagi kita semua untuk terus meningkatkan semangat kapasitas dan kualitas anak muda. Khususnya dalam rangka mengoptimalkan bonus demografi yang seharusnya bisa dijadikan modal untuk berkolaborasi, berinovasi, dan mengimprovisasi ke arah yang lebih baik.
Peran pemuda untuk menjawab tantangan bonus demografi yang terpenting ialah revolusi cara berpikir dan mindset yang kolaboratif juga solutif, yang berbasis kepada ideologi dan pola pikir yang membangun dan menyatukan itu sangat penting dan dibutuhkan. Kalau kita mau bicara akselerasi terhadap bonus demografi itu sendiri yang paling cepat adalah merubah mindset. Itu paling murah namun strategis dan mendasar. Kalau mau revolusi ke arah yang lebih baik, maka generasi muda harus “change our mindset”.
Gerakan anak muda, juga perlu ditekankan kepada kolaborasi ideologis yang holistik. Tidak hanya kolaborasi pemuda yang teknokratis. Sehingga ada sifat dan sikap revolusioner di dalam mindset berpikirnya yang lebih membangun dan bersinergi untuk kebutuhan bersama.
Jika kolaborasi berbasis ideologi berbalut teknologi dan ilmu pengetahuan, maka akan menjadi suatu gerakan yang akan mencapai kepada tujuan bersama yang dimaksudkan adalah bonus demografi yang berkemajuan menjadi pondasi kemajuan bangsa, negara, dan agama, serta Persyarikatan Muhammadiyah yang kita cintai ini. Harapannya dengan segala pikiran solutif dan kolaboratif dapat mempercepat proses persiapan dalam rangka menyambut bonus demografi yang kongkrit, tepat sasaran, dan melibatkan pemuda sebagai stakeholder utama. Agar bonus demografi tidak berubah menjadi malapetaka demografi itu sendiri.
Semangat kolaborasi dan memiliki jiwa yang membangun untuk generasi di Indonesia umumnya dan di Jawa Timur khususnya, saat ini butuh berkolaborasi dengan kapasitas dan porsinya masing-masing. Generasi yang lebih senior membimbing generasi yang lebih muda (junior) dengan menanamkan semangat saling asah, asih dan asuh. Sehingga mampu meningkatkan hal-hal kebijaksanaan berdasarkan pengalaman dan wawasan yang luwes.
Sudah saatnya generasi muda keluar dari zona nyaman dan maksimalkan segala potensi yang dimiliki, serta kuatkan mental dalam menjalankan usaha dan kreatifitas di bidangnya masing-masing. Oleh karena itu, semua generasi muda bergeraklah sesuai dengan porsi dan kebutuhan masing-masing. Saling mengisi, mendukung, dan menguatkan satu sama lain. Saling dukung dan bukan saling tikung. Saling kompak dan bukan saling menyepak. Mari berkolaborasi dan bukan membodohi. Saling beriring secara sehat dan bukan saling bersaing secara brutal.
Pada akhirnya, lahirlah dan terciptalah generasi muda tanpa pengkultusan dan penghambaan pada manusia dengan memiliki karakter maju tanpa menyingkirkan, naik tinggi tanpa menjatuhkan. Jadilah baik tanpa menjelekkan dan jadilah benar tanpa menyalahkan siapa pun! Semoga!
Selamat Dan Sukses Musyawarah Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur ke 16. (*)
Penulis : Darmanto Saputro (Sekretaris PDPM Ponorogo)