Partisipasi Masyarakat pada Pemilu akan Tinggi, Jika Politik memberi Keadilan

0
4688
sosialisasi pendidikan politik bagi masyarakat dengan tema "Peningkatan Partisipasi Masyarakat Menyongsong Pemilu dan Pemilihan Serentak Tahun 2024" yang diadakan oleh Bakesbangpol, Kota Batu, Rabu (23/8)

MALANG, PIJARNEWS.ID – Menjelang kontestasi politik Pemilihan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden (Pilpres), Pemilihan Calon Legeslatif (Caleg) dan Pilkada Serentak pada tahun 2024, bahwa masyarakat semakin dewasa dan bijak dalam menyikapi perbedaan dalam hajatan demokrasi.

Perbedaan pandangan, keyakinan terhadap para kontestan politik baik dalam Pilpres, Pileg dan Pilkada menjadi keniscayaan. Tak ada yang bisa memaksa akan keyakinan pilihan politik itu. Menempatkan kontestasi politik lima tahunan sebagai bagian dari konsekuensi sistem yang demokratis harus dihadapi dengan wajar, santai, damai dan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan sebagai urat nadi dalam kebhinekaan.

Pilihan politik boleh berbeda, partai boleh berbeda tetapi saling menghargai dalam keanikaragaman menjadi niscaya. Dalam konteks itulah, pengamat politik Dr Wahyudi, dosen sosiologi UMM ikut andil dan terlibat langsung dalam memberikan pencerahan kepada masyarakat pada kegiatan sosialisasi pendidikan politik bagi masyarakat dengan tema “Peningkatan Partisipasi Masyarakat Menyongsong Pemilu dan Pemilihan Serentak Tahun 2024” yang diadakan oleh Bakesbangpol, Kota Batu, Rabu (23/8/23) di Hotel Kartika Wijaya.

Kegiatan tersebut diikuti oleh hampir seratus orang peserta, dimana pesertanya merupakan kaum perempuan semua. Dalam paparannya, Dr Wahyudi menyampaikan bahwa anggapan politik itu kotor sudah saatnya diakhiri. Perilaku atau oknum pemerintah atau partai yang korup tidak digeneralisasi (gebyah uyah, Jawa) dimana semua pemerintah dan partai itu korup, masih banyak yang baik.

BACA JUGA :  Gempar! Warga Wonogiri Melihat Puting Beliung di Waduk Gajah Mungkur

“Tentu menjadi tantangan serius realitas politik saat ini. Fakta politik yang sering menyuguhkan perilaku elit politik yang tidak memihak masyarakat kecil bahkan korup yang menyebabkan masyarakat menjadi antipati, acuh tak acuh bahkan tidak perduli terhadap politik,” ungkap Dr Wahyudi.

Lebih lanjut Dr Wahyudi menyampaikan, bahwa kondisi seperti ini jangan dijadikan alasan bagi ibu-ibu untuk tidak menggunakan hak pilihnya dalam pemilu nanti. “Jika ibu-ibu justru antipati (emoh politik) nanti yang akan terpilih justru orang-orang yang tidak baik, akibatnya harga cabe naik, harga sayur naik semua kebutuhan pokok naik. Itu karena politisi kita yang menentukan semua,” kelakarnya.

“Oleh karena itu, perlu didorong agar politik menjadi instrumen keadilan dan kemakmuran masyarakat. Sehingga Masyarakat tidak antipati terhadap politik dalam momen politik seperti Pilpres dan Pilkada, menampilkan politik yang berorientasi kepada keadilan dan kemakmuran. Maka dengan sendirinya partisipasi Masyarakat akan meningkat,” pungkasnya. (Slm/Hen)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here