PadhangWetan (1), Menuju Indonesia Rahmatan lil alamin

0
542
Foto: Majelis Sinau Padhang Wetan ke-1. (Rmo/ Pijarnews.id)

SURABAYA | PIJARNEWS.ID – Majelis Sinau Padhang Wetan merupakan kajian kultural yang di inisiasi oleh dosen pengurus PPAIK UM Surabaya. Mereka semua berikhtiar membangun khasanah peradaban Islam melalui kajian Keislaman, Keindonesian dan Kemuhammadiyahan, serta dengan diiringi pengembangan kesenian dan kebudayaan.

Majelis tersebut dilaksanakan pada setiap bulan pada minggu terakhir, tepatnya pada hari Jum’at. Dalam pelaksanaan perdana kemarin, mereka membawa pada ruang tema kajian “Menuju Indonesia Rahmatan lil alamin”.

Terdapat pertanyaan menggelitik dari seorang mahasiswa saat ngaji bareng, yaitu apakah Indonesia layak disebut negara yang rahmatan lil alamin?, pertanyaan itu memberi semacam tanda kegelisahan, melihat suasana kerukunan antar genarasi bangsa dan umat, yang belakangan ini mulai nampak memanas.

“Kita ketahui bersama bahwa beberapa kasus ketegangan antar ulama Islam di Indonesia juga menjadi kegelisahan kita, suasana saling curiga dan salah faham hingga rasa kebencian satu kelompok dengan kelompok lain mulai nampak, munculnya narasi radikal, serta mendekati perayaan natal yang sudah ramai dipermasalahkan.” Ungkap mahasiswa tersebut yang mengawali keseriusan diskusi pada Majelis.

Suasana kajian perdana yang cukup menarik tersebut berlangsung di Pelataran Fakultas Kedokteran UM Surabaya, dengan diikuti sekitar 100 jamaah dari dosen dan mahasiswa lintas fakultas, Jum’at (20/12).

Sholikul Huda, M.Fil.I, salah satu pegiat Majelis Padhang Wetan menjelaskan, Filosofi Padhang Wetan sendiri diambil dari kata Padhang yang berarti pencerahan, dan kata Wetan berarti Timur. Artinya Pencerahan dari Timur.

BACA JUGA :  Majelis Dikdasmen PWM Jatim Tingkatkan Kualitas Guru Muhammadiyah Lewat M-ICO

“Jadi kita ingin menyebar virus cinta dan kebajikan dari wilayah Timur (UM Surabaya Jawa Timur) menuju seluruh PTM seluruh Indonesia.” Ungkap Sholik.

Prinsip Majelis Sinau Padhang Wetan sendiri adalah sinau bareng yang tidak ada pemateri, tidak ada istilah guru dan murid, yang ada adalah manusia sinau (belajar), semua pendapat atau pemikiran di majelis ini dihargai dan penting semua, “Semua merdeka dan semua dulur atau bersaudara.” Pungkas Sholik.(RMO)