PIJARNews.ID, #Cerpen1 – Musim kemarau yang panjang, pohon, warung, poskampling, bantaran kali sampai pintu rumah akan ada tempelan calon lurah. Pemilihan lurah tahun ini benar-benar sengit. Siapa yang kalah dan menang sulit ditebak. Banyak ditemukan orang-orang bermuka dua. Orang-orang akan berpindah omongan dari warung ke warung yang lain.
Dunia benar-benar susah ditebak, apalagi yang berurusan dengan pangkat, kekayaan dan jabatan. Orang akan cepat berubah dengan sendirinya, disini terbagi menjadi dua blok; blok barat dan blok timur. Haji Mulkan memimpin blok timur, kabar yang terdengar dia telah membayar warung-warung yang ada di desa ini, semua orang bebas keluar masuk mengambil makanan tanpa harus membayar. Dia juga menjanjikan memperbaiki jalan-jalan yang rusak dan jembatan baru.
Kemudian calon yang lain juga tak mau kalah, usianya masih terbilang muda namun kekayaanya terbilang sederhana jika dibanding dengan Haji Mulkan. Dia maju karena didukung sebagain warga kampung sini. Namanya Mahmud. Laki-laki satu anak itu selalu terlihat bersahaja saat berbicara dengan siapapun. Berkat dialah kampung desa ini bisa mengolah hasil panen menjadi makanan layak jual di kota-kota besar. Janjinya juga ingin memperbaiki jalan di kampung ini jika dia terpilih menjadi lurah. Namun kabar terakhir yang di dengar Haji Mulkan didukung beberapa partai yang tahun ini juga akan maju pada Pilkada mendatang.
Entah kabar darimana orang-orang blok timur mulai membicarakan kematian Mariyadi, perjaka yang seketika mati saat terpeleset di jembatan. Orang disini percaya bahwa kematian Mariyadi ada hubungannya dengan pemilihan lurah. Perlu disadari bahwa desa ini kadar kepercayaan animisme masih tinggi. Semua orang meyakini jasad manusia punya mata dan kekuatan yang besar. Maka mereka percaya setiap jembatan atau bangunan yang akan dibangun membutuhkan tumbal berupa mayat manusia.
Konon kata orang tua terdahulu tumbal bisa berupa macam-macam bentuk. Bisa ayam jantan maupun betina. Kabarnya tumbal itu dari Blok barat. Calon lurah Mahmud sengaja mencari tumbal karena janjinya akan membangun jembatan jika dia terpilih. Berita itu semakin terdengar di kampung-kampung. Desas-desus yang belum jelas itu malah semakin merebak saat ada seseorang yang bersaksi bahwa dia melihat pocong Mariyadi menggantung diatas rumah calon lurah Mahmud. Kematian Mariyadi benar-benar mengguntungkan pihak Haji Mulkan.
Sementara Mahmud melihat gelagat buruk pada dirinya. Dia perlu menjelaskan kepada orang-orang bahwa kematian Mariyadi sama sekali tidak ada hubungannya dengan dirinnya yang akan mencalonkan dirinya sebagai lurah. Tuduhan itu baginya tak masuk akal. Namun orang-orang enggan berkomentar. Mereka hanya berani bergunjing dibelakang. Kabar itu benar-benar mengkhawatirkan akan keberlangsungan pemilihan. Posisinya kini tidak aman meski pada awalnya kedua calon ini memiliki pendukung yang seimbang.
Malam menjelang pemilihan hening menghantam dua calon lurah dipingit dan tidak dizinkan keluar. Pagi sebelum matahari menampakkan wajahnya di sisi timur bukit. Kabut tipis seperti kaca buram yang tembus pandang. Di balik kabut, samar-samar sudah mulai terlihat beberapa polisi dan hansip sedang menjaga area balai desa.
Haji Mulkan datang lebih awal dari pada Mahmud. Desa dengan jumlah penduduk 1.251 tersebut memiliki banyak keunikan. Sejak pukul 6 pagi tadi beberapa orang menuju balai desa untuk memilih lurahnya. Para orang tua yang usianya mencapai sembilan puluh tahun pun datang dibantu dengan tongkat demi mendapatkan amplop putih. Kemudian disusul warga kampung berbondong-bondong menuju balai. Semua orang berebutan, berdesak-desakan maju ke depan. Setelah memilih mereka akan sungkem dengan dua calon tersebut. Pemilihan berlangsung ramai meski ada sedikit keributan. Bocah-bocah menagis karena kepanasan. Pemilihan dari tahun ke tahun selalu menguras kekayaan dan tenaga.
Hawa panas membakar kulit. Manusia berhamburan. Musik-musik dangdut dengan sound ketinggian tiga meter, mengalunkan lagu raja dangdut Rhoma Irama menjelang perhitungan suara. Kedua calon tersebut dikabarkan telah meninggalkan balai desa. Mungkin mereka menunggu sesuatu yang sangat mendebarkan lima tahun ke depan tentang pemimpin desa ini dan perhitungan suara akan segera dimulai saat menunjukkan pukul satu siang. Orang-orang kampung memasang telinganya masing-masing. Bahkan ada yang rela mencatat dengan catatan kalender besar.
Blok barat berkumpul dibelakang balai desa sementara blok timur berkumpul depan rumah calon lurah Mahmud. Awalnya calon lurah Mahmud memimpin dengan suara terbanyak namun saat menjelang sore tiba, keberuntungan dan nasib baik belum berpihak kepadanya. Seperti ada serangan fajar yang mendadak tiba Haji Mulkan memimpin dengan suara terbanyak. Sementara blok timur calon lurah Mahmud mencoba melapangkan dadanya atas kekalahan yang baru diterimanaya.
Sementara dirumah sedang dilakukan perayaan besar-besaran karena Haji Mulkan menang. Rumah Agus, laki-laki kepercayaan Haji Mulkan itu dipilih sebagai perkumpulan tim pendukung kalangan remaja blok barat. Entah berapa puluhan lembar uang yang diberikan kepada laki-laki yang dulu pernah mencuri ayam tersebut. Kabar yang beredar Haji Mulkan mempercayainya sebagai orang kepercayaan dalam pembangunan jembatan yang dulu pernah dijanjikan. Laki-laki itu seringkali tertawa sendiri rasanya ia masih tak percaya jika dirinya kini menjadi orang penting kedua yang dicari Haji Mulkan.
Meski bukan mandor gelagatnya mirip seorang mandor. Ia mulai sedikit disegani. Proyek jembatan yang katanya akan menghabiskan dana empat ratus lima puluh juta tersebut kabarnya akan dimulai pembangunan sejak bulan Desember dan dikabarkan Maret akan selesai. Jembatan sepanjang 20 meter tersebut akan menghubungkan dengan desa lainnya yang akan membantu transportasi warga sekitar.
Pagi itu sudah terdengar suara-suara derek membawa material jembatan. Pemasangan balok-balok sudah dilakukan sejak satu minggu yang lalu. Banyak wajah-wajah polos bahagia dan membanggakan lurah yang sekarang. Mereka semua lega karena tahap pembangunan struktur jembatan juga sudah selesai. Tahap berikutnya adalah membuat lantai dan pagar pengaman jembatan serta sayap-sayap fondasi. Dan yang terakhir adalah pengaspalan. Seluruh pekerja proyek bergiat dengan semangat. Tukang batu membuat fondasi. Tukang las dan tukang besi menyiapkan rancang untuk cor bagian bawah dan tukang kayu menyiapkan papan cor.
Pengerjaan proyek tersebut memang sengaja dipercepat meski sekarang sedang musim hujan. Akibatnya hujan memaksa mereka berhenti khususnya tukang batu karena tak mungkin memasang adukan dalam guyuran air. Terpal dipasang untuk memayungi tukang dan jembatan. Dalam musim hujan juga, mutu pasir sungai juga turun karena kandungan tanahnya bertambah. Nyatanya laki-laki kepercayaan Haji Mulkan tersebut tak kesulitan mencari pasir. Pada kenyataanya semua bahan yang dibeli bermutu rendah. Besi perancang bangunan juga bekas pembongkaran jembatan di Pantura. Hanya sedikit orang yang tahu tentang keculasan proyek pembangunan jembatan tersebut.
Sengaja ada yang direncanakan, karena Maret bulan depan desa ini akan dikunjungi Bupati dan kampanye partai yang mendukung Haji Mulkan menjadi lurah serta beberapa kepentingan yang lain. Tak ada yang bisa memparkirakan akan ketahanan jembatan tersebut karena mutu bahan yang rendah. Jika ditarik kesimpulan jika jembatan rusak, tentu akan diperbaiki lagi dan hal itu akan menyebabkan datangnya proposal perbaikan jembatan. Kemudian akan dikelurkan dana lagi oleh Pemerintah.
Makin banyak jembatan rusak, maka makin banyak pula borongan yang didapat. Laki-laki itu kini pandai mencari kesempatan dan culas dalam mengambil kesempatan. Tepat masuk bulan Maret jembatan ini sudah berdiri dengan gagah. Orang-orang kampung dilarang menggunakan jembatan tersebut terlebih dulu. Sebab peresmian akan dilakukan pemotongan pita oleh ketua partai dan dilanjutkan dengan pawai. Ratusan kendaraan bebaris memanjang seperti semut. Mulai sepeda motor, mobil-mobil bagus para pejabat, truk besar hingga kecil bahkan sepeda ontel yang telah dihias. Semua telah siap pawai untuk kesetiaan buta. Memang tampak terlihat gagah dan bagus. Namun bisa ditebak umur jembatan ini tak akan lama karena anggaran pembangunan yang dijadikan bancakan. Dan inilah yang akan menjadi beban orang-orang miskin.
Jika ditaksir usia jembatan tersebut baru tiga bulan yang lalu. Namun keretakan panjang pada bagian lantai terlihat jelas. Orang-orang kampung mulai membicarakan jembatan yang gagah dan bagus tersebut. Makin lama lantai jembatan itu terkikis, apalagi jika setiap hari desa ini diguyur hujan. Haji Mulkan mulai resah dengan jembatan yang baru saja dibangunnya, sementara orang-orang kepercayaanya tidak ada yang peduli. Yang penting mereka telah memproyeki dana anggaran tersebut. Orang-orang di desa ini masih biasa melakukan aktivitas dengan kondisi jembatan yang seperti itu.
Sepeda motor masih biasa melewati jembatan meski sebagian ada bagian yang retak. Anehnya jembatan yang sudah rusak itu tidak diberi tanda hati-hati atau hal lain yang membuat masyarakat waspada. Semua berjalan seperti biasa, tidak ada yang saling mengingatkan, tak ada yang peduli dengan keselamatan orang lain. Hingga peristiwa naas di bulan Juni akhirnya terjadi.
Pukul tujuh Pagi yang mengerikan degan kondisi jalanan yang masih licin karena semalaman desa ini diguur hujan deras, kentongan bertalu dibunyikan oleh ketua RT. Saat bocah dan anak-anak berangkat sekolah jembatan itu dikabarkan ambruk dan memakan korban. Dua anak tewas dan tiga lainnya luka-luka. Agus, laki-laki kepercayaan Haji Mulkan masih dirumah bersila dengan istrinya. Kemudian orang membawa sepeda motor dengan kecepatan tinggi itu dengan tergopoh-gopoh menuju rumahnya. Dikabarkannya kecelakaan terjadi di jembatan tersebut dan anaknya Susan tertimpa runtuhan jembatan bagian sayap. Seketika itu istrinya berteriak dan pingsan mendengar kabar anaknya seperti itu.
Pagi itu pula semuanya menjadi ramai seperti konvoi tangisan. Orang lalu lalang suara ambulan meliuk-meliuk bercampur suara tangisan ibu-ibu. Sebelum istrinya sadar, anak pemborong jembatan tersebut dikabarkan meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit. Jembatan itu memakan anaknya sendiri. Laki-laki itu masih belum percaya dengan kejadian yang baru saja menimpanya. Wajahnya linglung saat memikirkan semuanya. Seketika itu bayangan tentang Haji Mulkan, pemborongan jembatan, pembelian pasir dan kawat-kawat besi. Air matanya tiba-tiba menetes perlahan saat membopong mayat anaknya.
(Penulis adalah Guru SD Muhammadiyah 18 Surabaya).