PIJARNews.ID – Setiap manusia memiliki jatah usia masing-masing. Ketika ajal sudah datang, maka tidak ada kekuatan manapun yang dapat merubahnya. Baik itu memperlambat atau mungkin mempercepat. Tugas kita berdoa dan berusaha agar diakhirkan dalam keadaan husnul khotimah yaitu akhir yang baik.
Siapapun kita dan dimanapun kita berada, ada dua tempat yang mana kita akan menghabiskan usia hidup ini di dua tempat tersebut. Dimanakah itu? tak lain dan tak bukan dua tempat tersebut adalah tempat kerja dan tempat tinggal kita yaitu rumah.
Pagi-pagi buta kita sudah menyiapkan diri untuk bekerja, anggaplah pukul enam kita sudah berangkat kerja dan pulang dari kerja tepat pukul lima. Artinya waktu yang kita habiskan dalam bekerja adalah 11 jam. Sedangkan waktu kita dirumah selama 13 jam. Entah itu buat istrihat atau bercengkerama dengan anak, istri dan keluarga.
Bagaimana dengan saat kita jalan-jalan, berlibur, bepergian atau mungkin sekedar ngopi dan cangkrukan. Anggap saja itu semua masuk waktu istirahat di rumah. Karena tidak setiap hari kita berlibur, jalan-jalan, bepergian untuk rekreasi apalagi sekedar cangkrukan dan ngopi.
Dalam setahun ada 12 bulan, dalam sebulan ada 4 pekan, dalam sepekan ada 7 hari, dalam sehari ada 24 jam. Rata-rata usia manusia zaman sekarang berkisar antara 60 sampai 80 tahun. Ada juga yang lebih dari itu, tapi tidak terlalu banyak. Maka dari itu di usia yang singkat itu, mari kita isi dengan hal-hal yang positif. Melakukan tindakan yang baik dan mendatangkan kebaikan juga kemanfaatan bagi diri sendiri, terlebih bagi orang lain dan lingkungan sekitar.
Bagaimana cara kita agar bisa menikmati masa-masa itu, agar kita bisa bahagia dengan segala situasi dan kondisi yang kita alami di dua tempat tersebut. Bayangkan kalau sebelum anda bekerja, ada persoalan rumah tangga yang belum tuntas. Baik itu dengan istri dan anak. Tentu akan sangat mengganggu pikiran anda, dan ini akan berakibat pada pola aktivitas anda di kantor maupun di tempat kerja. Sebaliknya, jika banyak persoalan dan pekerjaan yang belum selesai di tempat kerja sehingga terbawa sampai pulang ke rumah. Maka, bersiap-siaplah untuk tenaga ekstra agar tidak mengganggu pikiran dan waktu kumpul keluarga.
Dalam hidup ini kita tidak lepas dari segala macam persoalan. Karena sesungguhnya hidup ini adalah rangkaian demi rangkaian persoalan yang perlu kita uraikan dan kita selesaikan satu demi satu. Tak usa takut dengan permasalah tersebut, jangan sampai kita kalah dengan Pegadaian yang punya slogan Mengatasi Masalah Tanpa Masalah. Bukankah kita ini adalah makhluk Allah yang paling sempurna. Yang sudah dibekali akal dan hati untuk menyelesaikanya. Yakinlah Allah tidak akan membebani persoalan diluar kekuatan kita. Artinya kita lebih hebat dari persoalan dan permasalahan tersebut.
Allah tidak membebani seseorang kecuali yang sesuai dengan kemampuan manusia itu. Setiap akan mendapat ganjaran, dan bisa juga ia akan mendapat siksaan, untuk apa yang diusahakanya. Dan mereka bertanya, “Ya Tuhan kami, janganlah engkau membebani kami tanggung jawab seperti telah engkau bebankan atas orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah engkau membebani kami apa yang kami tidak kuat menangunggnya dan maafkanlah kami, dan ampunilah kami serta kasihanilah kami karena engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami terhadap kaum kafirin.” (QS. Al-Baqarah: 287)
Dari semua bentuk permasalahan hidup, permasalah dengan sesama manusia merupakan hal wajar dan wajib segera diselesaikan. Komunikasi adalah kunci dari penyelasaian segala bentuk persoalan itu. Sampaikan permasalahan kita kepada yang bersangkutan. Ibarat curhat kita akan merasakan kelegaan saat sesuatu yang kita pendam tersampaikan. Di rumah dan di tempat kerja persoalan akan selalu datang menyapa.
Maka dari itu, nikmati, jalani, dan selesaikan. Menikmati persoalan adalah dengan cara menuntaskannya. Orang bijak akan menyelesaikan masalah sedangkan orang bodoh akan mempermasalahkan suatu masalah. Jalani adalah dengan menghadapi masalah. Dalam kehidupan berumah tangga dan dunia kerja jangan mencari masalah, tapi kalau ada masalah jangan dihindari. Syukuri, inilah proses yang paling penting dengan bersyukur kita bahagia. Bukan bahagia kemudian baru bisa kita bersyukur.
(Penulis adalah Alumni Perguruan Muhammadiyah Pantenan, Panceng Gresik).