Pasar di Surabaya Ini Juga Menggunakan Dinar dan Dirham Sebagai Alat Transaksi

0
1229
Antusias masyarakat sekitar saat mengunjungi pasar muamalah di Surabaya. (Riki/PIJARNews.ID)

SURABAYA, PIJARNews.ID – Pasar Muamalah Surabaya digelar di area Masjid Tanwir Surabaya, atau lebih tepatnya di Jalan Masjid No. 37 Kecamatan Asemrowo Kota Surabaya, Ahad (16/2/2020). Dimulai pada pukul 07.00 WIB, para pedagang dan warga bisa berbelanja komoditas pokok seperti bahan makanan dan minuman, termasuk membeli pakaian muslim hingga jasa bekam.

Inisiator dari kegiatan ini adalah Komunitas Dinar Dirham Surabaya. Abdul Ghofar salah satu anggota yang sekaligus menjadi panitia kegiatan menuturkan bahwa, alasan diselenggarakannya kegiatan ini adalah upaya mencontoh Nabi yang pernah mendirikan pasar Islam di Madinah, dengan ciri tanpa sekat, tanpa pajak, dan tanpa riba.

Hal yang menarik dari pasar ini adalah transaksi jual belinya yang tidak hanya menggunakan rupiah, namun juga menggunakan dinar emas dan dirham perak. “Tentu saja mata uang Islam (dinar dan dirham) berlaku disini, disamping alat tukar lain,” ungkap Ghofar.

Sebelum kegiatan digelar, panitia sudah membayarkan zakat dan sedekah berupa koin dirham perak melalui takmir Masjid, yang kemudian dibagikan kepada faqir miskin. “Tujuan kami mengenalkan mata uang Islam kepada masyarakat, sekaligus juga membagikan zakat berupa dirham, dan menyedikan tempat agar penerima zakat dapat membelanjakannya,” ungkapnya.

Penerima zakat saat belanja di pasar muamalah. (Riki/PIJARNews.ID)

Selain itu ia juga menyampaikan bahwa tujuan kegiatan ini tidak hanya mengenalkan dirham emas dan dinar perak kepada khalayak umum, namun diharapkan masyarakat juga tertarik untuk menggunakan dinar dirham secara sukarela.

Lebih jauh Abdul Ghofar menuturkan transaksi jual beli pada kegiatan ini bebas menggunakan alat tukar apapun, akan tetapi panitia juga mengedukasi tentang penggunaan mata uang dinar emas dan dirham perak. “Harapannya masyarakat kenal dengan mata uang Islam (dinar emas dan dirham perak) yang otoritasnya berasal dari Sultan dan Amir lokal,” tuturnya.

BACA JUGA :  Musyda IV PDPM Situbondo, Khoirul Anam Terpilih Menjadi Ketua

Pasar Muamalah ini tidak terlepas dari kendala yang dihadapi oleh panitia, mengingat ini baru pertama kali diselenggarakan di Surabaya. “Kendala yang kami hadapi yaitu pengadaan dana fasilitas, misalnya tenda, meja, kursi, dan kurangnya spanduk publikasi acara,” papar Abdul Ghofar saat dihubungi PIJARNews.ID pada (16/2) malam.

Selanjutanya ia juga menyampaikan kendala lain yang dihadapi oleh panitia, diantaranya sebagian penerima zakat dirham perak ada yang tidak tertarik untuk membelanjakannya, dan memilih untuk menyimpannya. “Selain itu kesibukan sebagian anggota komunitas juga menjadi penyebab minimnya pembeli yang berasal dari internal komunitas pada saat pasar muamalah Surabaya digelar,” ucapnya.

Suasana pasar muamalah di Surabaya. (Riki/PIJARNews.ID)

Pasar muamalah ini sedikit banyak mendapatkan kritik dan saran dari para pedagang. Afrizky selaku pedagang sambel pecel merasa wajar bila fasilitas yang diberikan belum lengkap, dan informasi yang diberikan kepada masyarakat juga belum maksimal, karena masih awal.

“Saya kira wajar bila masih banyak kurangnya, karena masih awal, tapi untuk ke depan harus diperbaiki, mengingat kegiatan ini cukup menarik, dan kalau bisa ini dijadikan kegiatan rutin 2 minggu atau sebulan sekali,” harapnya.

Reporter: Riki Dwi Penulis: Riki Dwi Editor: Ahmad