PIJARNEWS.ID – Direktur Kedai Jambu Institute (KJI) Sholikhul Huda menanggapi bahwa persekusi dan rasisme yang dilakukan oleh organisasi masyarakat (ormas) dan oknum aparat terhadap mahasiswa Papua di Malang, Surabaya, dan Semarang yang berimbas adanya aksi kerusuhan di Manokwari serta meneriakkan yel-yel Papua merdeka tidak dibenarkan dalam konteks kebangsaan Indonesia.
Sholikh menilai, secara sosiologis masyarakat Indonesia menolak tegas aksi dan perlakuan rasisme, persekusi, intoleransi dan diskrimnasi SARA (Suku, Agama Ras dan Antar Golongan), kepada sesama anak bangsa Indonesia. Pada Intinya, masyarakat Indonesia menjiwai Pancasila sila ke 3, persatuan Indonesia. “Perbedaan itu disatukan dalam satu kata Indonesia,” ujarnya.
Lebih lanjut, sambung Dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya, perlakuan dan aksi rasisme sangat bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila Sila Ke-2 Kemanusian yang adil dan beradab, serta mencederai perasaan dan harga diri saudara kita, serta dapat mencabik rasa kebangsaan Indonesia yang terbangun secara majemuk dari semua aspek (SARA).
Dengan begitu, kata Sholikh sangat disayangkan jika aksi-aksi rasisme masih sering terjadi dalam kehidupan kemasyarakatan Indonesia
Kandidat Doktor itu memandang, bahwa perbedaan pandangan, sikap politik merupakan hal lumrah dengan batas-batas kesepaktan kebangsaan yang sudah disepakati. Artinya, Pancasila sebagai dasar dan ideologi bangsa Indonesia serta NKRI sebagai bentuk negara, maka setiap adanya perbedaan sudah semestinya bisa di selesaikan melalui dialog atau musyawarah sebagai nilai kultural bangsa. Bukan, dengan cara-cara kekerasan dan intimidasi.
Dia menilai, Indonesia tidak sepakat jika menyikapi semua persoalan kebangsaan antar sesama anak bangsa disikapi dengan ego sektoral, yakni selalu ingin memisahkan diri (disintegrasi) ingin merdeka.
“Saya kira sikap tersebut juga bertentangan dengan ideologi Pancasila sila ke 3 Persatuan Indonesia yang sudah kita rawat bersama.”
Menurut Kader Muda Muhammadiyah itu, kekuatan bangsa Indonesia salah satunya ialah kuatnya tradisi dan kultur persatuan sebagai bangsa Indonesia.
“Dan kita sudah bersepkat secara kebangsaan bahwa NKRI adalah dari Sabang (Aceh) Sampai Merauke (Papua), sehingga harus kita pertahankan bersama-sama semua elemen anak bangsa Indonesia,” tandasnya.
Sholikh menghendaki jangan sampai persoalan ini dijadikan tunggangan politik untuk merusak persatuan bangsa Indonesia dan merusak rumah besar Indonesia, mari kita jaga rumah besar indonesia agar tetap satu, damai, dan saling menghargai tanpa saling mencederai.
“Ayo duduk bareng bermusyawarah sesama anak bangsa untuk mencari solusi terbaik. Jaya Indonesia,” pungkas Sholikh.