Empat Kali Ketemu Buya Syafi’i Maarif dengan Ageman Batik yang Sama

0
510
Foto Buya Syafi'i Maarif diambil dari: https://cdns.klimg.com

Oleh: Nurbani Yusuf*

Mudah ditemui, tidak pakai janji apalagi lewat jalur protokoler atau manajer seperti lazimnya mubaligh-mubaligh professional. Bertemu Buya tak perlu ‘macak’ atau apalagi pakai asesoris dan parfum wangi. Beliau orang biasa dengan baju batik yang sudah puluhan kali dipakai.

Buya Syafi’i Maarif usai gerah telah sehat kembali, wajah cerah tanpa mimik curiga meski ketemu atau di sowani orang yang baru sama sekali. Antrean panjang tak menghalangi beliau untuk tetap sumringah melayani para tamu: dari pejabat tinggi istana hingga tukang ojek dan penjaga warung kaki lima, semua mendapat hak yang sama.

Tetangganya berujar pendek ketika ditanya letak rumah Buya. ‘Bila Beliau ada di rumah beliau jamaah di Masjid”. Ringkasnya: ‘Cara mudah temui Buya Syafi’i adalah di Masjid, Insya Allah ketemu. Dan saya telah membuktikan 4 kali, semuanya benar.

Buya tetap seperti orang biasa meski telah berkarya luar biasa, tak berbilang buah pikirnya menjadi rujukan cendekiawan dan ilmuwan yang melakukan riset atau penelitian pemikiran baik yang berskala regional bahkan internasional. Namanya harum diberbagai universitas terkenal di dunia. Chicago, Oxford, Sorbone, Paris adalah universitas-uinversitas yang kerap menjadikan buah pikirnya sebagai referensi.

Kehadiran Buya yang teduh membuat yang tinggal nyaman, meski beliau tak disukai oleh sedikit orang karena dianggap terlalu lunak bahkan tak sedikit yang mengatakan beliau liberal atau entah apalagi, dan Buya tidak pernah membalas, beliau tetap santun dan menjaga tatakrama berkata meski terhadap para pencaci dan pengumpat.

BACA JUGA :  Viralisasi Kebijakan di Era Muslim Millenial

Buya tak butuh follower, like atau subscribe, tapi siapapun tahu buah pikirnya punya kekuatan luar biasa, memiliki daya resonansi yang kokoh bagi ribuan insan akademik. Tulisannya terus mengalir meski usia beliau sudah sepuh. Tapi pikiran beliau tetap progresif bahkan lebih muda dari usianya. Tak banyak orang yang masih bisa produktif menulis di usia yang sudah merenta.

Bagi Buya Syafi’I, usia boleh tua tapi pikiran tetap muda dan progresif. Buya bukan politisi, beliau adalah seorang ilmuwan yang memegang teguh nilai-nilai akademik, berwawasan, berintergritas, berkarakter  dan teguh memegang norma.

Maarif Institut adalah bukti pelembagaan pikiran-pikiran Buya dari para santrinya, darinya lahir cendekiawan-cendekiawan muda yang cerdas berwawasan. Satu bukti bahwa beliau adalah seorang Begawan,  Guru Sederhana, Zuhud dan rendah hati.

Sehat selalu Buya. Semoga keberkahan dan afiyah. Istiqamah sebagai ilmuwan yang menerangi, Aamiin Barokallah. Sembah sungkem.

*) Penyisir pikiran-pikiran Buya.