“Pengalaman tanpa teori itu buta, tapi teori tanpa pengalaman lebih merupakan permainan intelektual.” – Immanuel Kant
Kalimat sederhana ini menggambarkan bahwa pengalaman tanpa teori atau lebih spesifik tanpa struktur konsep kognitif tidak akan memberikan pengalaman bermakna begitu juga sebaliknya teori tanpa pengalaman hanya sekedar permainan intelektual. Artinya pengalaman sangat penting untuk menguji validitas dari kemampuan seseorang dalam memahami teori yang telah didapatkan selama belajar.
Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah tentang dilaksanakan kurikulum Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MB-KM). MBKM merupakan ebuah inovasi yang dibuat oleh kemendikbudristek dan diluncurkan sebuah kebijakan untuk mentransformasi sistem Pendidikan tinggi di Indonesia untuk menghasilkan lulusan yang lebih relevan.
Berbagai program di luncurkan dalam mendukung terimplementasinya kurikulum Merdeka Belajar-Kampus Merdeka di antaranya: Pertukaran Pelajar, Magang/Praktik Kerja, Asistensi Mengajar di Satuan Pendidikan, Penelitian/Riset, Proyek Kemanusian, Kegiatan Kewirausahaan, Studi/Proyek Independen, dan Membangun Desa/Kuliah Kerja Nyata Tematik.
Merujuk pada program-program di atas, salah satu program yang relevan pada program studi kependidikan yaitu bagi mahasiswa calon guru adalah kegiatan Asistensi mengajar di Satuan Pendidikan.
Asistensi Mengajar Jembatan Menuju Guru Profesional
Mahasiswa calon guru selama dalam bangku perkuliahan dibekali dengan berbagai teori baik dalam bidang keilmuan mapun dalam bidang kependidikan yang tentunya jumlah SKSnya mengikuti standar dari pemerintah.
Asistensi mengajar di satuan pendidikan merupakan bentuk kegiatan pembelajaran yang dilakukan mahasiswa secara kolaboratif dibawah pendampingan guru dan dosen pembimbing di satuan pendidikan formal. Kegiatan Asistensi Mengajar ini dilaksanakan selama satu semester dimana bagi mahasiswa yang melaksanakan kegiatan ini berhak mendapatkan konversi setara 20 SKS.
Kegaitan Asistensi Mengajar merupakan bentuk penyempurnaan dari kegiatan atau Matakuliah PPL (Praktek Pengalaman Lapangan) atau sekarang yang lebih dikenal dengan PLP (Pengenalan Lapangan Persekolahan). Perbedaan kegiatan ini yaitu pada durasi waktu pelaksanaan dan kegiatan yang dilakukan.
Melalui kegiatan Asistensi Mengajar memberikan kesempatan kepada mahasiswa dalam menerapkan atau mengimplementasikan teori-teori yang didapatkan selama dibangku perkuliahan. Selain itu melalui asistensi mengajar dapat memberikan pengalaman langsung kepada mahasiswa bagaimana melakukan perencanaan pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan kondisi sekolah di tempat praktek.
Selama pelaksanaan kegaiatan asistensi mengajar akan ditemui banyak situasi dan berbagai kondisi yang muncul baik dari masalah peserta didik, kondisi sekolah, rekan kerja maupun tantangan dalam menghadapi kelemahan-kelemahan yang ada di sekolah.
Belajar Public Speaking Melalui Asistensi Mengajar
Berbagai persoalan yang dihadapi selama kegiatan asistensi mengajar menantang mahasiswa untuk bagaimana mengembangkan diri dalam berkomunikasi dan menciptakan lingkungan kerja yang baik, bagaimana mereka mampu beradaptasi menghadapi orang lain maupun Masyarakat yang memiliki posisi setara, lebih tinggi, maupun lebih rendah.
Praktek pembelajaran langsung di Sekolah memberikan pengalaman langsung bagaimana mahasiswa dapat bersosialisasi yang baik sehingga mampu berhubungan atau berkomunikasi tanpa direndahkan atau merendahkan dengan siapa saja. Sehingga melalui kegiatan asistensi mengajar ini dapat mengembangkan kemampuan komunikasi (Public Speaking) dan kerjasama yang baik sehingga pelaksanaan kegiatan asistensi mengajar dapat berjalan dengan baik.
Hal ini sejalan dengan kiprah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) di bawah kepemimpinan Nadiem Makarim terus mengupayakan berbagai inisiatif untuk mendorong pemajuan kebudayaan. Program Revitalisasi Bahasa Daerah yang diluncurkan sebagai Merdeka Belajar Episode 17 pada Februari 2022 telah memberikan manfaat dan dampak besar dalam upaya pelestarian dan pengembangan bahasa daerah di seluruh Indonesia (kemdikbud.go.id).
Melalui kemampuan komunikasi yang baik akan melatih kemampuan kerja sama yang hal ini merupakan kemapuan soft skill yang sangat penting dilatih dan diasah selama kegaiatan asistensi mengajar. Hal ini dikarenakan selama kegiatan asistensi mengajar merekan akan dihadapkan dengan teman satu tim yang memiliki latar belakang dan karakteristik berbeda-beda.
Selama kegaiatn mahasiswa harus bekerja dibawah bimbingan guru pamong sehingga kemapuan komunikasi dan kerjasama diperlukan agar koordinasi antara mahasiswa dengan guru pamong dapat berjalan dengan baik. Hal ini juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengelola manajemen administrasi, merencanakan pembelalajaran, melaksanakan pembelajaran dan mengevaluasi pembelajaran.
Kegiatan asistensi mengajar memberikan pengalaman langsung dengan mengaitkan teori atau konsep yang telah didapatkan selama dibangku perkuliahan. Sehingga dengan kegiatan Asistensi Mengajar ini tidak hanya mengasah kemampuan softskill akan tetapi juga memberikan pengalaman hard skill kepada mahasiswa.
Sebagai contoh melalui kegiatan asistensi mengajar ini mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan dalam meembuat media pembelajaran yang memanfaatkan berbagai kecanggihan teknologi seperti pengembangan media berbasis web ataupun aplikasi. Kemampuan ini merupakan kemampuan yang sangat penting dimiliki bagi calon guru dalam menghadapi tantangan di era Revolusi Industri 4.0.
Melalui kegiatan asistensi mengajar mahasiswa secara tidak langsung dituntut untuk mengembangkan kemampuan teori keilmuan dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mahasiswa mendapatkan pengalaman pembelajaran yang bermakna dengan mengimplementasikan teori yang didapatkan dan pengetahuan yang didapatkan selama belajar dengan rekan tim, guru pamong dan Masyarakat di lingkunngan satuan pendidikan.
*Penulis : Dr. Endang Suprapti (Wakil Dekan I FKIP UM Surabaya)