SURABAYA, PIJARNEWS.ID – Majelis Tabligh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Tambaksari, Surabaya, menyelenggarakan pengajian Ahad pagi ‘Sang Fajar’, kemarin (20/3) yang bertempat di Masjid Arif Rahman Hakim, di Jl. Kanser No. 2 Surabaya. Kajian tersebut diawali sambutan dari Edi Purnomo, M.Psi, Ketua PCM Tambaksari. Ia menyatakan bahwa dalam haditsul Ifk/berita bohong, ketika terjadi isu terhadap Aisyah ra, istri Nabi Muhammad SAW, situasi umat menjadi galau dalam menghadapi isu liar tersebut.
“Apalagi saat ini, dalam era disruptif yang serba kacau, isu liar berkembang demikian masif sehingga menimbulkan prasangka. Dalam kaitan inilah maka akan kita simak paparan Ustadz Muh. Khoirul Abduh, S.Ag., M.Si,” kata Edi.
Pengajian Ahad pagi kali ini, mengambil tema “Bijak dalam Bermedia Sosial”, dimana Muh. Khoirul Abduh, M.Si, Wakil Ketua PD Muhammadiyah Jombang, dan juga Mantan Ketua PW Pemuda Muhammadiyah Jawa Timur periode 2010-2014 itu didapuk menjadi pemateri.
Dalam paparannya, Mas Abduh, sapaan akrabnya, menyatakan bahwa media sosial dapat diibaratkan pisau bermata dua, dapat positif atau negatif. “Merujuk surat Ali Imron ayat 103, penggunaan serampangan terhadap media sosial dapat merusak ukhuwah Islamiyyah,” ujarnya.
Menurutnya, hal itu dapat dilihat dari indikator yang tersebut dalam surat Al Hujurat. “Antara lain mudah tersulut emosi terhadap suatu berita yang bersifat adu domba antar umat oleh para buzzer, saling ejek, saling caci. Sehingga kita diombang-ambingkan oleh media sosial kita,” jelas Abduh.
Lebih lanjut, pria dua anak ini menyampaikan, dalam Alquran, melarang kita prasangka dan mencari kesalahan. “Tapi kenyataannya kita terlibat untuk prasangka dan cari aib demi konten serta rating bahkan moneytize. Sehingga antar kita sulit jadi pemaaf. Cari-cari kesalahan, aib dapat menjadi konten yang mendatangkan profit (keuntungan),” terangnya.
“Jangan main-main dengan berita tanpa tahu sumbernya, sehingga harus teliti agar dapat dipertanggung-jawabkan dihadapan Allah SWT. Kita dibingungkan dan diombang-ambingkan oleh media sosial. Karena kita sangat lemah dalam analisis dan pemahaman dalam segala hal, dalam menerima informasi di media sosial,” tegas Abduh.
Media sosial kini menjadi arena ngerasani (ghibah), bahkan fitnah terorganisir. Melihat fenomena tersebut, Abduh berpesan agar umat Islam khususnya kader, warga, dan simpatisan Muhammadiyah harus bijak dalam menyikapi masalah umat Islam. “Saling caci maki dalam media sosial menjadi bukti kakunya pemahaman antar saudara. Hampir dipastikan penggunaan media sosial memperkeruh ukhuwah persaudaraan umat Islam, dan dapat memecah-belah ukhuwah Islamiyah. Sehingga kita tidak bisa jadi pemaaf, dan tidak bisa saling menghargai antar saudara seiman,” paparnya.
Diakhir tausiahnya, alumni UIN Sunan Ampel Surabaya ini mengatakan jika informasi hoax (berita bohong) dapat mempengaruhi sikap, perilaku, dan cara berpikir. “Maka dibutuhkan suatu komunitas dalam menganalisa dan memberikan pemahaman terhadap suatu berita secara teliti agar tidak sembarangan share tanpa tahu sumber beritanya. karena itu akan kita pertanggungjawaban dihadapan Allah,” pungkasnya. (MS Suwaiby/Hen)