SURABAYA, PIJARNews.ID – Virus Corona beberapa bulan terakhir menjadi perhatian dunia, tak sedikit dari masyarakat yang menggambarkannya lewat karya tulis maupun seni lukis atau video-video animasi. Hal tersebut juga dilakukan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya, dengan membuat lukisan tentang pandemi virus Corona. Lukisan itu, ia beri nama Bumiku.
Lukisan yang menggambarkan keadaan bagaimana kondisi pandemi saat ini, dibagikan oleh Prima Amrul Yaddin, Mahasiswa S1 program studi Pendididikan Agama Islam melalui status sosial medianya, Rabu (07/05/2020).
Saat dihubungi, Prima menjelaskan arti lukisan tersebut, “Langit yang redup bagaikan atap kita, mata satu diibaratkan manusia yang memandang pandemi dengan sebelah mata atau menyepelekan pandemi. Sedangkan gambar bumi dalam mata yang menangis ibarat bumi yang hanya bisa membisu namun merasakan kondisi pandemi, lalu gelombang air diibaratkan manusia yang saling menguatkan satu sama lain”, jelasnya.
Prima juga menambahkan, kesukaannya dalam seni melukis telah lama ia lakukan. “Saya suka melukis sejak lama, ya ketika tidak ada kerjaan, atau sedang bosan, dari pada diam saja di rumah”, ucapnya.
Selain itu, Prima juga menulis sebuah puisi yang juga berjudul Bumiku. Melalui puisi tersebut, ia mengungkapkan akibat pandemi virus corona telah membuat banyak manusia menjadi gelisah. Lewat puisi itu, ia berharap bumi akan kembali baik-baik saja. Berikut puisi yang dituliskan Prima secara lengkap:
“Apa kabar bumiku? bumi ibu pertiwi apa sudah mulai membaik atau menjadi memburuk, pagi ini aku sedang berdialog dengan alam semesta, semoga mereka tidak membenci para manusia pendosa.
Ketika langit mulai meredup dan tangisan mulai turun, saat manusia gelisah hanya bisa terdiam dan berdo’a kepada yang maha kuasa.
Tuhan…. Mengapa ketika aku mulai tumbuh dewasa, bumiku mulai menua, aku hanya bisa merintihkan sebuah kata ampunan, saat langit dan bumi merintihkan sebuah kata keluhan karena perbuatan.
Semoga bumiku seperti yang dulu, bumi yang selalu aku lintasi tanpa ada rasa kehawatiran, di setiap langkahku dan untuk langit yang selalu aku tunggu, untuk melihat karya-Mu saat datangnya malam.
Lekas sembuh bumiku.”
Reporter: Agiel LP Editor: Afrizky Fajar