MALANG, PIJARNEWS.ID – Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggelar Kuliah Tamu Internasional bersama Prof. Mohammad Reevany Bustami, PH.D., pada Selasa (15/5/2024).
Kuliah tamu yang dilaksanakan di Aula Gedung Kuliah Bersama (GKB) 4 ini mengangkat tema Nusantaraisasi: Membangkitkan Ilmu Sosial Nusantara dan dihadiri oleh seluruh mahasiswa Sosiologi angkatan 2020, 2021,2022, dan 2023.
Acara ini dibuka oleh Wakil Dekan I FISIP UMM Najamuddin Khairur Rijal. Dalam sambutannya, Najam menekankan dukungan secara penuh terhadap kegiatan ini. Ia juga berharap agar kegiatan ini dapat memperkuat pemahaman mahasiswa terhadap Nusantaraisasi dalam konteks Ilmu Sosial.
Adapun kuliah tamu ini dipandu langsung oleh Luluk Dwi Kumalasari selaku Ketua Program Studi Sosiologi. Pembawaannya yang energik dan humoris menghilangkan rasa kantuk walaupun dilaksanakan mulai dari siang hingga menjelang sore.
Prof. Mohammad Reevany Bustami, Ph.D dari Universiti Sains Malaysia menjadi narasumber tunggal. Dalam paparannya, ia memberi penjelasan mengenai pentingnya kita sebagai ilmuwan Sosiologi untuk memahami kekuatan Nusantara dan penting untuk mentransformasi ilmu sosial Nusantara berbasis jati diri.
Menurutnya, pentingnya Nusantarisasi agar kita berhasil melepaskan diri dari pengaruh paradigma kolonial sehingga bisa menggunakan potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia untuk melihat dan memahami dunia dengan sudut pandang dan konstruksi berpikir kita sendiri.
“Kita bisa menggunakan pikiran, bahasa, kebijaksanaan, dan warisan budaya kita untuk lebih baik memahami realitas yang ada dan menemukan solusi atas masalah yang dihadapi, sambil tetap berhubungan harmonis dengan dunia di sekitar kita tanpa terjebak dalam pandangan penjajah,” ujarnya.
Konsep Nusantarisasi bukan hanya sekadar wacana, tetapi juga merupakan panggilan untuk memperkokoh identitas dan kekuatan kolektif bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan global.
“Dengan melepaskan diri dari pengaruh kolonial, kita dapat menggali potensi yang ada dan membangun pemahaman serta solusi yang autentik sesuai dengan realitas dan nilai-nilai lokal, sehingga tetap menjaga harmoni dengan lingkungan sekitar,” pungkasnya.