SURABAYA, PIJARNEWS.ID – Demi mendapatkan penghasilan banyak dengan jalan yang pintas, sejumlah anak dibawah umur nekat menjadi begal di Outer East Ring Road (OERR), Gunung Anyar, Surabaya. Keempat pelaku berhasil ditangkap Polsek Rungkut.
Kanit Reskrim Polsek Rungkut, Iptu Djoko Soesanto, menjelaskan, komplotan anak anak ini terjadi pada akhir tahun 2019. Awalnya, polisi berhasil menangkap dua dari empat pelaku. Pada saat penangkapan, pelaku lainnya berhasil melarikan diri.
“Setelah perkaranya kami tindak lanjuti. Sebagian teman temannya yang kabur sudah kami amankan. Sehingga, totalnya menjadi empat orang yang masih anak anak,” ungkapnya, Rabu (10/3/2021).
Sasarannya, lanjut Iptu Djoko, sebagian besar anak anak sebaya berjenis kelamin laki laki. Modusnya, pelaku bekerja secara berkelompok, lalu berpura pura mengaku sebagai orang yang pernah dianiaya oleh korban.
“Mereka kerjanya bergantian, saling tukar posisi. Mereka membohongi seolah olah habis dipukul oleh korban. Pasti korbannya takut lalu menyerahkan barang barangnya. Kalau menolak mereka merampas barang milik korban dengan menganiayanya,” tuturnya.
Iptu Djoko menyebut, komplotan tersebut memilih waktu malam hari, dalam melancarkan aksi kejahatannya. Setelah dirampas, barang berharga itu dijual melalui media sosial.
“Pelaku tidak menggunakan senjata tajam maupun senjata api. Hasil penjualannya digunakan untuk kebutuhan minum minuman keras,” terangnya.
“Salah satu pelaku masih sekolah. Sementara pelaku lainnya sudah putus sekolah,” imbuhnya.
Memang, kata Iptu Djoko, kebanyakan tersangka memiliki latar belakang broken home. Bapak ibunya bercerai lalu menikah lagi. Sehingga, dari segi pemantauan yang dilakukan oleh keluarga sangat berkurang.
“Ketika melakukan pemeriksaan terhadap anak yang terjerat masalah pidana, pasti melibatkan Lembaga Bantuan Hukum. Tiap kejadian pasti kami hubungi dan memintanya sebagai pendampingan. Keluarga juga dilibatkan. Ibunya atau Ayahnya diundang juga pemeriksaan dilengkapi bukti otentik berupa akta kelahiran, Kartu Keluarga dan Ijazah,” jelasnya.
Terkait data kriminalitas di Wilayah Rungkut, Iptu Djoko memaparkan, pihaknya sejauh ini telah menangani tiga berkas kasus serupa. Tentunya, berkas penanganan empat pelaku begal itu dipilah karena usianya masih anak anak. Supaya, menimbulkan efek jera.
“Kalau disini kebanyakan modusnya membohongi korban dengan berpura pura mengalami kekerasan. Padahal, korban tidak merasa melakukannya,” paparnya.
“Keempat pelaku itu bukan geng. Mereka melakukan kejahatan spontan. Angka kriminalitas dengan melibatkan anak sebagai pelaku sejauh ini masih sedang. Karena pelaku sudah kami ungkap masih anak anak,” lanjutnya.
Sebagai aparat penegak hukum, Iptu Djoko menghimbau kepada masyarakat, agar hati hati terhadap perilaku anak setiap hari. Kita tidak tahu anak itu dirumah baik tapi ketika mencari teman di luar ternyata karakternya bisa membawa pengaruh negatif.
“Kita cuma tahu sebatas di rumah tapi bagaimana dengan kegiatan diluar. Kami harap masyarakat kalau memang anaknya sudah mempunyai perilaku yang berbeda, misal mempunyai tindik atau tato segera ditindak lanjuti. Saya selaku aparat penegak hukum prihatin anak seusia dini dibawah 17 tahun, tapi tatonya sebadan. Apakah orang tua benar benar tidak perhatian sama anak. Mari sama sama saling menjaga untuk anak. Karena mereka generasi muda kita untuk kedepan,” pungkasnya. (ram/mad)