Penulis: Heri Efendi, M.Pd*
PIJARNews.ID – Acara resepsi Milad 108 Muhammadiyah dijalankan secara tertib dengan menerapkan protokol kesehatan. Muhammadiyah menjadi salah satu ormas terdepan dalam ketaatan terhadap pencegahan covid19. Dalam acara ini ruangan disemprot disinfeknan, peserta memakai sarung tangan, juga face shield dan masker. Muhammadiyah juga konsisten mengawal jalannya peraturan, termasuk dengan selalu kritis terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh sebagian warga bangsa.
Acara dilanjutkan dengan pemutaran video narasi sejarah Muhammadiyah. Video ini berisi narasi sejak awal berdirinya persyarikatan, pembentukan ranting dan cabang pertama, demikian selanjutnya persyarikayan ini berkembang dengan pesat. Didukung oleh suksesnya usaha batik, Muhammadiyah berkembang menjadi organisasi sosial dan kemasyarakan. Surakarta adalah wilayah penyebaran Muhammadiyah pertama di luar Jogja, kemudian berkembang pesat sampai dekade ke-4. Di tahun 1929, Surakarta menjadi tempat muhtamar. Dari Surakarta, persyarikatan ini kemudian melebarkan sayap Jawa Barat dan Jawa Timur.
Pada tahun 1920, Minangkabau, Sumatra Barat, oleh Haji Rasul dan Hamka, Muhammadiyah menyebar ke Jambi, Bengkulu, dan Riau. Di 1925, Sumatra Utara, jejaring pedagang membawa Muhammadiyah sampai ke Aceh. Muhammadiyah pelopor pembaruan Islam di Serambi Mekkah. Muhammadiyah menyebar ke Kalimantan pada tahun 1925 melalui pengiriman mubaligh dan pedagang dari Jawa Timur. Pada 1927, Muhammadiyah sampai ke Sulawesi dibawa oleh kelompok Al-Yamani dari surabaya yang ide dan gagasannya disambut baik oleh pedagang dan ulama Makassar. Di tahun ini juga Muhammadiyah sampai ke halmahera, dan berdiri sekolah modern di Maluku. Tidak berhenti di situ, si tahun 1929, Aktivis Muhammadiyah sampai ke Gorontalo, dan Manokwari pada 1935. Muhammadiyah sampai ke Bali pada 1930 melalui jejaring pedagang Jawa Timur dan Nusa Tenggara perluasan dari sulawesi lewat Bima. Di luar negeri, cabang-cabang Istimewa telah banyak berdiri.
Cabang istimewa sudah banyak bertebarang di luar negeri, seperti Belanda, 2018; Jerman raya, 2007; Inggris, 2007; Perancis, 2007; Rusia dan Turki, 2012; Timur tengah, 2017; Maroko, 2017; Sudan, 2017; Yaman, 2019; Malaysia, 2007; Taiwan, 2014; Jepang, 2008; Pakistan, 2009; Korsel, 2016; Tiongkok, 2016; India, 2018; Hongkong, 2020; Australia, 2007, dan bahkan di Amerika Serikat, Muhammadiyah telah ada sejak 1980.
Dalam acara ini ada dua kali pembacaan puisi, yang pertama berjudul “Matahari-matahari muda di masa pandemi”, dalam puisi ini diterangkan bagaimana para pemuda yang tergabung dalam MCCC dan MDMC berjuang sekuat tenaga melawan pandemi. Sedangkan puisi ke-dua dibacakan oleh Taufiq Ismail yang di dalamnya beliau mengenang Telogi Surat Al-Ma’un.
Sambutan-Sambutan
Mengawali rangkaian sambutan, Pak Ganjar menyampaikan kisah nyata Buya Safi’i Ma’arif dan Prof. Haedar Nashir yang dengan kesederhanaannya mengajarkan keteladanan bagi umat. Selain itu, beliau juga menyampaikan bahwa selain sebagai ormas keagamaan, Muhammadiyah adalah ormas kebangsaan dan kemanusiaan. Panti asuhan, lembaga pendidikan, rumah sakit, ruang ibadah, dakwah dan pengajian ada demi umat yang yang berkemajuan. Berkemajuan tidak hanya slogan, tapi semboyan yang solutif bagi zaman. Muhammadiyah menjadi salah satu ormas terdepan melawan korona. Muhammadiyah selalu ada dan dibutuhkan oleh negeri ini.
Di sambutan kedua, Pak Presiden menyampaiakan bahwa Muhammadiyah merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah Swt. Kontribusi gerakan pencerahan Islam, ikhtiar membumikan Qu’ran dan Hadist secara koteksutal demi kemaslahatan, dan beramal solih demi kesejahteraan dan perdamaian dalam bingkai Islam Berkemajuan. Dalam sambutannya, Pak Jokowi menceritakan bahwa cucu pertamnya lahir di RSU Muhammadiyah Solo, mengikuti jejak neneknya yang menjadi bagian dari persyarikatan ini. Iriana pernah kuliah di universitas Muhammadiyah Surakatra. Muhammadiyah adalah ormas yang maju, inovatif, dan kerja nyata dalam mengatasi masalah kesehatan dan ekonomi selama pandemi covid19. Di akhir sambutannya, Presiden titip kepada Muhammadiyah untuk turut memberi penjelasan terkait vaksinasi yang sedang dipersiapankan secara cermat, hati-hati, dan matang agar masyarakat mendapatkan informasi yang benar, jauh dari provokasi dan hoax.
Pengantar Resepsi Milad oleh Sekum
Mengawali sambutannya, Pak Mu’ti sempat bercanda ketika Pak Ganjar banyak menyebut pohon beringin karena hadir dalam undangan tokoh partai Golkar, juga Pak mahfudz yang kecewa karena Madura tidak disebut dalamm pidato gubernur Jawa Tengah tersebut. Beliau juga mengenalkan masjid ramah lingkungan dengan panel matahari yang menjadi tempat berlangsungnya acara ini sebagai salah satu wujud nyata menjaga alam. Pada kesempatan ini Beliau menyampaikan pemberian penghargaan bakti negeri bagi para pejuang Covid19 baik secara insividual maupun institutional, seperti perawat dan dokter, inovasi teknologi, pendidikan, dan lain-lain.
Pidato Milad oleh Ketua Pimpinan Pusat
Dalam pidatonya, Bapak Prof. H. Haedar Nashir, M.Si., mengutarakan bahwa Muhammadiyah mengajarkan praktik baik, tekun, dan beradab dalam beragama. Muhammadiyah menjadi teladan global dalam banyak aspek. Anugerah dari Menkes, serta apresiasi dari Gubernur dan Presiden terkait penanganan Covid19 menjadi bukti nyata kiprah nyata Muhammadiyah dalam menangkal pendemi. Tidak lupa, Beliau juga mengingatkan bahwa pandemi belum berakhir seraya mengajak semua pihak untuk menghadapi musibah dengan ikhtiar maksimal.
Dalam banyak situasi, Muhammadiyah hadir memberi solusi untuk negeri, sebagai contoh saat perumusan pancasila juga dalam banyak proses sejarah bangsa. Namun begitu, bangsa ini masih banyak PR yang harus diselesaikan, seperti korupsi, hutang uarnegri, eksploitasi, gesekan politik, kesenjangan ekonomi, produk legislasi yang kontroversi, dan dominasi oligarki. Dalam masalah apapun, umat islam sebagai mayoritas harus menjadi penyelesai masalah bukan sumber masalah.
Milad 108 merupakan momentum meneguhkan gerakan keagamaan. Sejak 1912, KH. Ahmad Dahlan telah menegaskan Muhammadiyah sebagai perhimpunan Islam yang menyebarkan Islam yang murni, mengokohkan pendidikan Islam sesuai perkembagangan zaman, menghapus pemikiran konservatif dan tradisionalisme. Muhammadiyah kemudian dikenal umat sebagai gerakan Islam yang reformis dan modernis. Label itu menjadi karakter yang disematkan oleh masyarakat luas bahkan oleh warga di kawasan Asia tenggara pada khususnya dan dunia paa umumnya. Di ranah global, Muhammadiyah menjawab fenomena Islamophobia dengan menghadirkan Islam wasathiyah berkemajuan.
Kemudian Beliau melanjutkan dengan menyampaikan Pidato tanggal 1921, berikut 5 hal penting yang disampaikan oleh KH. Ahmad Dahlan saat itu:
- Orang harus beragama.
- Agama mulanya bercahaya, namun makin lama makin suram. Yang suram bukan agamnya, tapi manusianya.
- Taati aturan yang sah dan dari pikiran yang suci, jangan buat keputusan sendiri.
- Siapapun wajib mencari tambahan pengetahuan, jangan merasa cukup dan jangan menolak pengetahuan orang lain.
- Pengetahuan harus diamalkan.
Menutup pidatonya, Bapak Haedar berpesan agar semua elemen bangsa harus bekerjasama serta menjauhi egoisme dan kepentingan sempit holongan, dan seluruh warga Muhammadiyah wajib memberi solusi sesuai khittah gerakan Islam berkemajuan, meneladankan Islam damai, ukhuwah, modern, luas wawasan, taawun, tawasuth, dan mencerahkan.
*) Ketua Majelis Tabligh PCM Gandusari, Kabupaten Trenggalek
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.