LAMONGAN, PIJARNews.ID – Sebagai Pesantren yang menjunjung slogan “Mewujudkan Insan yang Memiliki Keseimbangan Spiritual, Intelektual, dan Moral”. Ponpes Karangasem tak hanya mencetak santri yang unggul dari segi intelektual semata, melainkan juga menjadikan insan yang bermoral dan berakhlak mulia yang berlandaskan al-Qur’an dan Sunnah. Tak sekadar jargon, Karangasem membuktikan langkah kongkritnya dalam mewujudkan visi itu.
Ditengah mewabahnya Virus Corona covid-19 yang telah menjangkiti ribuan orang di 164 negara di dunia, dauroh tahfidz ke-XIV Ponpes Karangasem tetap dilaksanakan, program yang dilaksanakan mulai 18 Maret – 19 April 2020 ini dibuka di masjid Ma’fuwan pada Rabu (18/03/2020).
Peserta yang mengikuti dauroh tahfidz angkatan XIV (14) ini berjumlah 93, yang dibagi ke dalam sembilan kelompok, tiga kelompok putra yang bertempat di asrama masjid Ma’fuwan, tiga kelompok putri di tempatkan di asrama Darul Falah, dan tiga kelompok putri di tempatkan di asrama Al-Ihsan. Di mana tiap kelompok terdiri dari 10 anak, dan setiap kelompok tersebut dibimbing oleh satu muhafidz dan muhafidzhah yang bertugas untuk memberikan penguatan niat dan motivasi serta memonitoring perkembangan hafalan setiap santri selama masa karantina.
Saat dikarantina selama satu bulan itu, peserta akan mendapatkan kontrol dan bimbingan penuh selama 18 jam, terhitung dari pukul 03.00-21.00 hanya untuk fokus menghafal dan mentadaburi al-Qur’an serta penguatan motivasi menghafal al-Qur’an dari para muhafidz dan muhafidzhah pilihan.
Dauroh Tahfidz merupakan program akselerasi untuk menghafal al-Qur’an di Pondok Pesantren Karangasem, yang dilaksanakan tiap tahunnya 3-4 kali penyelenggaraan, dan akan terus diselenggarakan sampai kiamat tiba. Hingga angkatan pertama tahun 2016 sampai sekarang atau yang telah berjalan empat tahun ini, Ponpes Karangasem telah mencetak 828 kader Qur’ani yang kini telah berkiprah di masyarakatnya dengan beragam bidang dan disiplin keilmuan yang mereka tekuni.
Hanya Kepada-Nya Kami Memohon Pertolongan
A. Maflah Muafikoh yang akrab disapa Viko, alumni dauroh tahfidz angkatan pertama ini mengaku pada tujuh hari pertama, ia mengalami kesulitan dalam menghafal, oleh karenannya musyrif akan memberikan motivasi menghafal al-Qur’an, “Diawal saya sangat sulit menghafal, maka dari itu musyrif memberikan wejangan bagaimana membersihkan hati dan penanaman niat agar menghafal al-Qur’an menjadi lancar,” ujarnya.
Hal ini senada dengan penyampaian sambutan dan motivasi oleh Ustdz. Fatih Futhoni selaku Kabag Pendidikan sekaligus ketua penyelenggara Dauroh Tahfidz, bahwa kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi oleh peserta pada minggu pertama adalah bagian dari ruqyah diri sendiri, karena sebelumnya peserta telah melakukan banyak perbuatan dosa, “al-Qur’an tak mau kompromi dengan urusan-urusan kemaksiatan, al-Qur’an tak akan mau berkompromi, menyatu dengan urusan-urusan pelanggaran syariat, jika hari ini kita masih berbuat dosa, minggu pertama adalah bukti kalian akan mengalami kusulitan, dan itu pasti. Namun, kalian jagan pernah mundur, jangan berkecil hati, dan jangan takut, apalagi keluar dari barisan mujahid-mujahid ini.” tegasnya dihadapan para peserta dan wali santri.
Kalian semua, sambungnya, akan dididik, didoktrin, dikuatkan mental dan hatinya untuk menjadi calon-calon mujahid, mubaligh-mubalighah, menjadi calon ulama di negeri ini, karenanya hari ini adalah hari pertama yang akan menentukan bagaimana keberhasilan kalian di masa depan. Maka, kuatkan hati kalian hari ini, menangislah hari ini, karena kalian akan menemui kesulitan-kesulitan di minggu pertama ini, tetapi kunci dari pada kesulitan itu semua adalah sabar, sabarlah di minggu-minggu pertama walaupun kalian dalam kesulitan, sabar adalah kunci utama untuk melalui segala kesulitan yang sudah pasti akan kalian hadapi. Dan teruslah bersabar dengan tetap berikhitar di minggu ke-dua, minggu ketiga dan keempat saya jamin, kalian menjadi orang-orang yang berfastabiqul khairat.
“Karena itu calon-calon mujahid harus dididik, berkomitmen menyatukan jiwa dengan apa yang akan dihafalkan selama satu bulan ini. Maka, untuk menggapai itu semua, satukan jiwa, fikiran dan niat karena al-Qur’an, karena itulah yang sesungguhnya membuat tangga-tangga keberhasilan selama satu bulan,” sambungnya.
Ia juga memberikan pesan kepada wali santri agar mempercayakan buah hatinya untuk dididik, dikarantina selama satu bulan untuk bergelut dengan kalamullah. “Teruntuk para wali santri yang menginginkan anaknya menjadi hafidz dan hafidzhah, serahkan sepenuhnya kepada Allah, karena putra-putri anda ini akan menyatu dengan firman Allah, menyatu dengan apa yang telah diberikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad, kepada para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in. Dan kami akan selalu mengabarkan progres anak-anak kepada bapak ibu melalui group whatsapp yang telah kami buat untuk kepentingan komunikasi dan monitoring peserta,” pungkasnya.
Selamanya Al-Qur’an Menjadi Daya Tarik Bagi Masyarakat
Kiai Anwar selaku pengasuh Ponpes Karangasem pun berpesan dalam sambutannya kepada peserta dan wali santri untuk selalu memberikan dorongan dan support kepada putra-putrinya juga terhadap program dauroh tahfidz tersebut, “Untuk bapak ibu sekalian, saya minta agar selalu memberikan dukungan penuh kepada putra-putrinya, usaha kami dari pembina, guru, dan pengasuh pesantren agar bisa menunaikan amanah dengan sukes, dan InsyaAllah program ini akan terus berlanjut hingga kiamat tiba,” ujarnya.
Bagaimana dengan daya tarik masyarakat atas program ini?, lanjutnya, ternyata murid baru untuk pondok Karangasem tahun ini luar bisa, padahal baru gelombang pertama dan belum ujian, seluruh lembaga yang lain belum ada yang mengadakan pendaftaran dan ujian, tapi pondok sudah membuka gelombang pertama, dan tiap tahunnya selalu menggalami kenaikan yang signifikan. Ini menunjukan bahwa usaha dari pondok ini, telah mendapat respon yang baik dari masyarakat.
Oleh karenanya, Kiai Anwar berpesan kepada bapak ibu guru, muhafidz dan muhafidzhah untuk memelihara sebaik-baiknya semua yang telah ditorehkan oleh pondok ini, karena ini adalah amanah umat yang harus dijaga hingga akhir masa.
(Penulis adalah Pembina Khusus Jurnalistik di Ponpes Karangasem Paciran)