Muhammadiyah Dalam Perspektif Jamaah dan Kekuatan Ekonomi

Sampai hari ini dikalangan aktivis atau bahkan pimpinan Muhammadiyah ketika ditanya seberapa banyak warga atau jamaah Muhammadiyah, banyak yang tidak bisa menyebutkan secara pasti, tetapi bisa menyebutkan berdasarkan jumlah warga Muhammadiyah yang memiliki NBM, itupun menjadi perdebatan baru lagi. Karena dari diskusi-diskusi itu banyak yang memiliki NBM untuk keperluan lain; misal Karyawan AUM yang ingin menunjukkan sisi Muhammadiyah-nya, atau mau naik jabatan di AUM maka salah satu cara adalah dengan mendaftarkan diri untuk mempunyai NBM padahal secara historis dan gerakan juga jauh dari kata Muhammadiyah yang penting tiba-tiba Muhammadiyah.

Berbeda kasus dengan warga Muhammadiyah yang beranggapan bahwa ber-NBM atau tidak, yang penting aktif dan berjuang di Muhammadiyah. Ah tetapi sudahlah itu diskusi, maka dalam hal ini kita pakai data berbasis Wikipedia. Menurut Wikipedia jumlah warga Muhammadiyah pada tahun 2019 berjumlah sekitar 60 juta tetapi data ini jangan dibandingkan dengan data Denny J.A pada periode 2023 lalu jadi puyeng lagi kita, fix sementara kita pakai data dari Wikipedia. Dari data diatas jumlah warga Muhammadiyah adalah 60 juta jamaah yang berarti sekitar 21% dari penduduk Indonesia yang saat ini mencapai 285.168.379 jiwa. Dan saat ini jamaah yang 60 juta itu memiliki aset sekitar 400 triliun yang meliputi tanah, sekolah, perguruan tinggi hingga RS dan banyak lagi.

banner 350x525

Dengan aset sebesar itu kita patut berbangga, tetapi kemudian dengan kekuatan aset yang sebanyak itu apakah membawa dampak yang signifikan terhadap warga Muhammadiyah? (sebagian pembaca mungkin tahu jawabannya baik yang manis maupun yang sinis, atau bahkan ada yang baru tersadar lalu bilang “iya ya”?).

Terlepas dari itu semua, baik soal data dan aset, simpatisan dan warga Muhammadiyah hingga kader Muhammadiyah akan tetap Muhammadiyah (kecuali pindah haluan) dengan segala cara dan militansinya dalam ber-Muhammadiyah. Warga Muhammadiyah akan tetap ber infaq, akan tetap patungan untuk membeli tanah, membangun gedung-gedung sekolah, masjid, rumah sakit hingga kampus-kampus, dan banyak lagi.

Begitulah kesederhanaan dan militansi warga muhammadiyah pada umumnya, karena setelah itu penggelolaan akan diserahkan kepada pimpinan ranting, cabang atau bahkan daerah, pun mereka tak berharap banyak dari apa yang mereka bangun itu. Mirisnya adalah; kadang-kadang dimanfaatkan pihak-pihak tertentu misal; masjid yang tiba-tiba berubah kepemilikan, atau tiba-tiba terusir dari gedung yang mereka dan orang tua mereka dirikan. Tetapi bagi mereka mungkin berlaku “banyak-banyaklah memberi lalu lupakan”, begitulah kira-kira dan mungkin wujud dari pengamalan ajaran Islam. Pun kader-kader atau mereka yang menyebut diri sebagai aktivis Muhammadiyah akan tetap bergerak, mewujudkan visi dan misi Muhammadiyah. Itulah sekelumit perspektif jamaah Muhammadiyah, tetapi mungkin juga perlu dibahas tersendiri antara jamaah Muhammadiyah dan seribu tantangan dan masalahnya.

Untuk perspektif kekuatan ekonomi kita mulai secuil pembahasannya dari produksi yang berarti output-nya adalah produk. Sejauh ini apa produk yang benar-benar produk dari Muhammadiyah? Dalam benak pembaca mungkin mengatakan ada, dan memang benar ada tetapi kita bisa menghitung dan masih sebatas dengan jari. Itupun bisa jadi yang kita hitung adalah produk dari elit atau pengusaha/produsen yang kebetulan adalah jamaah Muhammadiyah bahkan mungkin sekedar mengaku Muhammadiyah supaya punya pasar dan konsumen di Muhammadiyah.

Dengan basis data 60 juta jamaah di atas tentu jamaah Muhammadiyah menjadi pasar yang lezat dan menggiurkan dan dalam konteks ini Muhammadiyah masih sebatas sebagai pasar, bukan dan belum menjadi kekuatan ekonomi. Tetapi Muhammadiyah seharusnya selain sebagai pasar bisa sekaligus menjelma menjadi kekuatan ekonomi yang dahsyat apabila dikelola dengan baik kekuatan dengan basis 60 juta jamaah tadi.

Menurut laporan Indonesian Commercial Newsletter tahun 2010, konsumsi deterjen saja di Indonesia mencapai 449.100 ton per tahun dan akan terus meningkat meskipun data terbaru belum di release atau belum di tentukan. Dari data tersebut jika benar jamaah Muhammadiyah adalah 21% dari total penduduk Indonesia, maka jamaah Muhammadiyah menggunakan sekitar 94.311 ton per tahun. Tetapi hitungan secara matematis sering tidak sejalan dengan realitas. Dan itu baru deterjen belum lagi kebutuhan yang lain.

Ide besarnya adalah pemetaan wilayah dengan segala resource dan kebutuhan serta tantangannya.
Sebagai gambaran, kota A dengan kekuatan sebuah AUM yang sudah stabil harus mampu atau diharapkan mampu memberikan pengaruh yang signifikan dalam hal ini,dengan kata lain AUM merupakan resource itu. Lalu dipetakan kebutuhan yang bisa di eksekusi menjadi sebuah produk, yang mana kota A tersebut bisa menghasilkan beberapa produk. Kota A bisa membuat semacam P.T Wings yang mempunyai beberapa turunan produk, yang mana produk-produk tersebut bisa di atur kepemilikannya termasuk presentase-nya antara cabang dan ranting hingga daerah (kota A).

Kenapa perlu pengaturan itu, harapannya adalah agar cabang dan ranting hingga daerah bisa tumbuh dan berkembang bersama. Dimana jika suatu daerah ada kesenjangan atau pertumbuhan hanya terpusat pada daerah, maka biasanya pergerakan hanya terpusat di daerah sedangkan cabang dan ranting “wa laa yamutu wa laa yahya”.

Termasuk juga kepemimpinannya, ketakutannya adalah dengan segala pertumbuhan dan perkembangannya termasuk kenyamanannya, maka kepemimpinannya akan stagnan dan cenderung tidak ada regenerasi. Lalu mau dikemanakan kader-kader yang digembleng sejak SD/MI sampai PT, dari IPM sampai IMM hingga PM/NA? Sedangkan kader yang senior sampai usia 60-70 tahun masih nyaman duduk di kursi pimpinan atau wilayah kepimpinan. Karena banyak kasus yang terjadi, kepemimpinan sampai 3 periode atau berada diwilayah kepemimpinan lebih dari 20-30 tahun (bandingkan dengan Orba yang 32 tahun atau sudah seperti Orba?) dan parahnya itu terjadi di Muhammadiyah.

Kembali ke topik produksi/produk, pada tahun 2011 terdapat sekitar 3.221 PCM dengan 8.107 PRM. Maka jika boleh ber andai-andai dari 3.221 itu separuhnya saja mempunyai masing-masing 1 produk maka bisa dibayangkan kekuatannya apalagi seluruh PCM mempunyai 1 produk lebih luar biasa lagi. Dengan catatan variasi dan jenis produk juga beragam supaya tidak terjadi persaingan sesama saudara. Selain itu ending-nya ketika kita mampu menghadirkan pilihan dalam pemenuhan kebutuhan maka keuntungan pertama adalah kemungkinan terjadi monopoli akan rendah. Belum lagi soal keuntungan secara ekonomi, hingga kita bisa lebih gagah mengucapkan kata boikot (bukan berarti tidak setuju aksi boikot) bahkan tidak perlu terucap. Tetapi hari ini masih terlihat lucu ketika kita teriak, demo atau broadcast flyer boikot tapi setelah itu mandi dengan produk Unilever.

Maka menurut pandangan kami boikot tidak efektif ketika kita tidak mampu menghadirkan produk padanannya. Selanjutnya teringat kata-kata senior bahwa salah satu hal yang sulit di Muhammadiyah adalah baris. Maka terakhir dalam konteks ini yang tak kalah penting adalah penyadaran dan kesadaran untuk menggunakan produk kita sendiri, sehingga selaras dengan iklan Maspion “ pakailah produk-produk Muhammadiyah “
Selanjutnya adalah soal distribusi, dan mungkin tidak banyak seperti konteks produk/produksi diatas. Unilever memiliki sekitar 400 produk dan tersebar di 100 negara adalah salah satu perusahaan dengan varian terbanyak, tetapi bukan itu yang akan kita bahas tetapi lebih pada distribusi nya. Unilever baru pada 3 juli 2002 memulai gerakan mereka di area distribusi yang sebelumnya masih di area produksi melalui PT Technopia Lever-nya. Karena di awal adalah contohnya kota A maka kita kembali ke kota A sebagai contoh.

Selain tadi soal kepemilikan hal lain yang perlu dipikirkan adalah distribusi, dengan menggunakan pendekatan distribusi berdasarkan area, misal distributor daerah, distributot cabang hingga distributor ranting. Maka sebagai contoh kota A mempunyai distributor daerah yang kemudian bisa di breakdown menjadi distributor cabang dan ranting, yang bisa diserahkan kepada cabang atau ranting di daerah tersebut, konsepnya tetap bergerak dan menggerakkan, bergembira yang menggembirakan.

Beberapa paragraf diatas telah disajikan soal ekonomi dari aspek produksi/produk dan distribusi, maka paragraf-paragraf berikutnya adalah kita bahas dari sisi aspek konsumsi dan perdagangan. Dua aspek dalam cakupan ekonomi secara umum, tentu masih banyak aspek-aspek yang lain.
Konsumsi yang berarti subjeknya adalah konsumen yang biasa disebut pasar merupakan pembahasan yang tak kalah penting. Beberapa produk menyusun strategi tersendiri soal pasar, misalnya; target pasar dan segmen pasar. Nah menilik data dari tulisan sebelumnya bahwa kalau dikatakan bahwa penduduk Indonesia 21% adalah Muhammadiyah maka target pasar bisa di angka 60 juta individu atau konsumen.

Tetapi dalam hal ini ada tantangan tersendiri khususnya dalam penyadaran maupun menumbuhkan kesadaran kepada warga Muhammadiyah dan itu adalah tugas kita bersama-sama selain menjadi tanggungjawab pimpinan.
Dengan 60 juta individu yang sadar atas kekuatannya maka akan menjadi dahsyat dan tidaklah mudah menyadarkan 60 juta isi kepala tetapi bukan tidak mungkin. Kebutuhan pokok dari 60 juta orang itu banyak sekali,mulai dari kebutuhan primer,sekunder dan bahkan tersier,kebutuhan dari bangun tidur,tidur sampai bangun lagi itu meliputi banyak sekali kebutuhan manusia yang harus dipenuhi. Artinya adalah bahwa dengan kesadaran secara Bersama-sama maka kita bisa memastikan jumlah pasti konsumen dan data itu bisa menjadi harta karun dalam sebuah proses ekonomi.

Selanjutnya yang tak kalah penting adalah perdagangan. Dalam pembahasan perdagangan tak lepas dari 2 garis besar perdagangan, yaitu perdagangan barang dan jasa. Pada paragraf sebelumnya kita telah mengupas sedikit tentang perdagangan dari aspek barang. Maka menjadi perlu kita singgung sedikit soal perdagangan dalam bentuk jasa, yang peluangnya juga tak kalah besar dari perdagangan dalam bentuk barang. Kajiannya adalah apakah kita Muhammadiyah sudah bermain area perdagangan jasa?

AUM telah banyak berkembang dengan prinsip PKO-nya, termasuk salah satunya adalah rumah sakit telah bermetamorfosis menjadi layanan jasa kesehatan. Tentu dengan prinsip utamanya yaitu PKO yang tidak boleh luntur apalagi lepas. Dan jika menjumpai AUM yang kehilangan prinsip PKO-nya, maka perlu dikaji siapa pemimpinnya?baik di level AUM itu sendiri atau majelis/Lembaga di atasnya, atau jangan-jangan tidak tahu PKO. PKO dengan landasan Al-Maun adalah ruh dari AUM, maka jika AUM-AUM itu kehilangan ruh tak lain dan tak bukan tidak ada jawaban kecuali kematian, karena jasad tanpa ruh adalah bangkai atau kematian itu sendiri.

Selain AUM dan khususnya rumah sakit? Sekali lagi kemungkinan Muhammadiyah sudah ada. tetapi apakah benar-benar milik Muhammadiyah atau sekedar person-person yang mengaku atau mengatasnamakan Muhammadiyah? Pembaca yang budiman tentu tinggal menggunakan sedikit energi untuk sel otak lalu berpikir kantor-kantor, gedung-gedung dakwah dan bangunan Muhammadiyah yang mega di daerah dan wilayah anda dikerjakan oleh siapa? Jika jawaban dibenak pembaca adalah dikerjakan oleh orang-orang yang mengaku Muhammadiyah atau relasinya, maka jawaban itu sudah mendekati benar, meski tidak 100% benar.

Karena hanya sekian persen proyek-proyek itu benar-benar dikerjakan oleh Muhammadiyah. Muhammadiyah yang kabarnya akan mendirikan sebuah bank adalah salah satu bentuk kabar baik dan menunjukkan bahwa kita sudah saatnya bergerak dan butuh sebuah layanan jasa keuangan, Sudah saatnya pula kita bergerak lebih massive di bidang jasa, baik jasa konstruksi, administrasi hingga keuangan yang bisa kita kerjakan bersama-sama. Maka sudah saatnya kita di Muhammadiyah itu bergerak bersama, bergembira bersama. Jangan sampai sebagian saja atau hanya dia saja yang bergembira di Muhammadiyah, apalagi kelompok-kelompok atau pribadi yang sebelumnya hanya nebeng di Muhammadiyah.

*Penulis: Suprayetno

banner 350x525
https://pijarnews.id/wp-content/uploads/2025/02/E-Flyer-IG-Story_Penetapan-rev5.png

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *