NGANJUK, PIJARNEWS.ID – Mahasiswa Relawan Siaga Bencana (Maharesigana) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), membentuk dua tim yang diberangkatkan secara bergantian, memberikan dukungan psikososial bagi para korban Banjir dan tanah longsor yang terjadi di Dusun Selopuro, Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Selasa (23/2/2021).
Rindya Fery Indrawan, Ketua Maharesigana UMM, mengatakan, Banjir dan Tanah Longsor yang terjadi sejak 14 Februari lalu tidak hanya membawa kerugian materi bagi para korban. Secara psikologi, baik anak-anak maupun orang dewasa juga mengalami dampak dari bencana tersebut.
“Kami memberikan dukungan psikososial bagi para penyintas. Setiap tim terdiri dari 5 mahasiswa dari berbagai fakultas. Fokus mereka pada kegiatan psikososial baik untuk dewasa maupun anak-anak,” ujarnya.
Koordinator Tim Psikososial Kelompok I, Ahmad Hendra Purwanto mengungkapkan, para pengungsi, menyampaikan banyak keluhan usai dilakukan assesment di tempat pengungsian, baik secara fisik maupun kondisi psikologi. Mulai dari ketakutan, rasa khawatir, gelisah bahkan rasa bersalah yang sangat dalam.
“Ada seorang nenek yang terus menyesali keputusannya membiarkan cucunya pulang ke rumah orang tuanya. Si nenek bilang, seandainya saja ia menahan si cucu, mungkin hingga kini cucunya masih hidup. Tidak terkubur longsor bersama ayah ibunya,” ungkap Hendra.
Kondisi sejenis ini, lanjut Hendra, yang kemudian menjadi fokus tim untuk melakukan Psychological First Aid (PFA) atau tindakan humanis dan mendukung dalam membantu seseorang yang menderita dan membutuhkan bantuan akibat bencana alam atau krisis.
“Tujuannya menghindari kondisi psikologis yang lebih buruk lagi. Jadi menenangkan, memberikan rasa aman dan nyaman. Kalau kebutuhan fisik sudah tercukupi dari pemerintah daerah yang sangat tanggap,” imbuhnya.
Hendra lalu menguraikan, penjadwalan dilakukan meliputi kegiatan senam di pagi hari, assessment, istirahat, dan mengaji. Ragam ini penting agar anak-anak tidak merasa jenuh.
“Baik pengungsi dan tim harus mendapat istirahat yang cukup, sehingga kondisi tubuh tetap terjaga. Selain itu, kondisi fisik dan spiritual juga tetap harus diperhatikan. Untuk ibu-ibu akan didatangkan ustazah untuk mengajar mengaji,” tuturnya.
Zakarija Achmat pembina Maharesigana UMM menyampaikan, pihaknya mempersiapkan dengan baik untuk pemberangkatan para relawan. Selain mendapat pembekalan dari Laboratorium Psikologi Terapan Psikososial UMM tentang bantuan psikologis awal, kesehatan para relawan juga menjadi fokus.
“Kami kirimkan 10 relawan. Lima orang seminggu, nanti ditarik, diganti tim yang lain karena masih dalam situasi seperti ini. Itu pun harus melalui protokol. Begitu sampai langsung rapid test, swab antigen. Jangan sampai kedatangan para relawan justru menimbulkan klaster baru, ” urainya.
“Semoga ini dapat meringankan beban,” tuntasnya. (ram/mad)