Menu

Mode Gelap
Saud El-Hujjaj : Lima Hal untuk Melihat Konflik di Timur Tengah Komunikasi UMM Latih SMA Muhammadiyah 1 Denpasar Membuat Video Pendek Kuliah Tamu Prodi Sosiologi: Persiapan Indonesia Menuju Negara Industri Sinergisitas AUM Tingkatkan Kualitas Pendidikan Muhammadiyah SMA Muga Parengan Hidupkan HW Melalui LKP

Headlines · 27 Agu 2021 12:00 WIB ·

Maarif dan Leimena Institute: Madrasah Berperan Membangun Harmoni Agama


					Webinar Internasional bertajuk “Kontribusi Madrasah dalam Kerukunan Umat Beragama” Perbesar

Webinar Internasional bertajuk “Kontribusi Madrasah dalam Kerukunan Umat Beragama”

PIJARNEWS.ID – Intoleransi, persekusi, dan narasi kebencian berbasiskan agama belakangan marak terjadi di Indonesia. Berbagai bentuk tindak diskriminasi tersebut sering menimpa kelompok yang dianggap berbeda. Tentu saja, situasi ini sangat merisaukan karena berpotensi mencabik harmoni kehidupan masyarakat yang majemuk. Jika persoalan pelik ini tidak mendapatkan perhatian secara serius, sangat mungkin api kekerasan berskala nasional bisa terjadi di kemudian hari.

Pilgub Jatim 2024

Merespons persoalan tersebut, Maarif Institute dan Institut Leimena berkolaborasi bersama Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah PP Muhammadiyah, Lembaga Pengembangan Pesantren PP Muhammadiyah, Rumah Baca Cerdas (RBC) Institute A. Malik Fadjar, dan Templeton Religion Trust, berupaya menguatkan literasi keagamaan lintas budaya masyarakat melalui penyelenggaraan Webinar Internasional bertajuk “Kontribusi Madrasah dalam Kerukunan Umat Beragama”, yang akan diadakan pada Sabtu (28/8).

Kegiatan ini akan menghadirkan sejumlah narasumber Nasional dan Internasional, diantaranya Dr Amirsyah Tambunan MA, sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia, Dr Chris Seiple, Senior Fellow, University of Washington, Prof Dr Amin Abdullah, Guru Besar Filsafat UIN Sunan Kalijaga, Aly Aulia Lc MHum, Direktur Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta, dan Samah Norquist, Mantan Penasehat Utama Kebebasan Beragama Internasional, USAID.

Menurut Direktur Eksekutif Institut Leimena Matius Ho, webinar literasi keagamaan lintas budaya ini bertujan memberikan inspirasi kepada masyarakat, terutama para Kepala Madrasah/Pesantren dan para gurunya mengenai peran penting madrasah dalam memperkuat koeksistensi damai lintas agama.

”Salah satu hal mendasar dalam literasi keagamaan lintas budaya adalah bagaimana kita memandang dan memperlakukan mereka yang berbeda agama secara baik. Sekalipun kita hidup di masyarakat multireligius, kita dapat bekerjasama untuk kemanusiaan tanpa harus merasa agama kita terancam,” ungkap Matius Ho.

Di webinar Internasional nanti, lanjut Matius Ho, akan dibahas literasi keagamaan lintas budaya dan berbagai peran madrasah dalam membangun harmoni agama, serta menelusurinya dari perspektif Islam dengan tambahan beberapa pengalaman internasional.

Direktur Ma’arif Institute, Abdul Rohim Ghazali mengatakan, kita memahami bahwa Madrasah atau Pesantren menyimpan nilai dan ajaran keteladanan dalam merekatkan hubungan masyarakat beragama. Nilai toleransi, moderasi, dan inklusifitas dalam memahami ajaran agama, misalnya, senantiasa menjadi modal sosial-spiritual para kyai, ustadz, guru dan santri dalam merajut kerukunan hidup beragama di Indonesia.

”Itu sudah dilakukan sejak lama, sehingga mulai sekarang kita perlu merumuskan pengembangan madrasah sebagai pusat pendidikan Islam untuk turut memajukan pola pikir, sikap, dan perilaku untuk harmoni antar umat beragama, khususnya di Indonesia,” katanya Ghazali.

Sementara itu, Sekretaris Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) PP Muhammadiyah, R. Alpha Amirrachman menjelaskan, literasi keagamaan lintas budaya ini akan menguatkan kompetensi mendasar guru-guru Madrasah mengenai kehidupan bersama dan kerjasama yang damai dalam masyarakat plural yang semakin tergerus oleh berkembangnya paham intoleran dan ekstremisme.

“Literasi keagamaan lintas budaya adalah sebuah pendekatan baru yang kreatif dalam memetakan kompetensi mendasar ini, sehingga kita dapat mengembangkannya dalam diri kita, terutama bagi para guru di madrasah dan asatid di pesantren untuk terlibat dalam kerjasama multi-agama tanpa kehilangan identitas agama kita sendiri,” terang Alpha. (Nafik/Budi)

Artikel ini telah dibaca 27 kali

badge-check

Writer

Baca Lainnya

Malam Inagurasi Gen 24 UMM, Guyon Waton Sukses Hibur Mahasiswa Baru UMM

22 September 2024 - 20:20 WIB

Majelis Dikdasmen dan PNF PP Muhammadiyah, susun buku MIPA Bilingual terintegrasi ISMUBA

14 September 2024 - 22:43 WIB

160 Pelajar Di Kabupaten Kudus Mendapatkan Beasiswa Pelajar Penggerak Desa

3 September 2024 - 20:50 WIB

Mahasiswa UMM Ikut Andil Dalam Kurikulum Merdeka di SMKN 4 Malang

29 Agustus 2024 - 21:50 WIB

Upaya Peningkatan Literasi Anak! Kontribusi PMM UMM 12 Adakan Lomba Mewarnai & Mendongeng di Lippo Plaza Batu

27 Agustus 2024 - 22:27 WIB

Prof. Dr. Nazaruddin Malik, M.Si. Resmikan Gedung PAUD TK ‘Aisyiyah Ranting Bango, Kecamatan Solokuro

26 Agustus 2024 - 10:20 WIB

Trending di Ormas