PIJARNews.ID – “Karena Muhammadiyah saya bisa disini. Persyarikatan inilah yang memberi harapan besar bagi saya. Saya berutang budi kepada Muhammadiyah oleh sebab itu, mari kita besarkan organisasi ini melalui Pemuda Muhammadiyah,” kata Sunanto dalam pidato iftitahnya sebagai Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah periode 2018-2022, menggantikan ketum sebelumnya Dahnil Anzar Simanjuntak.
Pelantikan Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah kali ini mengusung tema, Maju Bersama Membangun Bangsa dimaksudkan sebagai upaya organisasi kepemudaan ini selalu memberi kontribusi bagi negeri.
Acara yang dilangsungkan di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah jalan Menteng Raya nomor 62 Jakarta Pusat, Jum’at malam (28/12/2018) itu dihadiri Ketua MPR RI, Zulkifli Hasan, Menteri Pertahanan Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Ketua KPU RI, Arif Budiman, Ketua Bawaslu RI, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haidar Nashir beserta jajarannya,Abdul Mu’thi, Syafiq Mughni, Suyatno, Hajriyanto Y Thohari dan beberapa undangan penting lainnya.
Meski mantan Ketum Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak tidak hadir dalam serah terima jabatan, Sunanto mengucapkan rasa terima kasih kepada Dahnil yang sudah berkontribusi besar kepada pemuda Muhammadiyah.
“Kita doakan bang Dahnil sukses di dunianya pasca memimpin Pemuda Muhammadiyah ini, ” kata Sunanto disambut riuh tepuk tangan semua undangan yang hadir.
Cak Nanto begitu sapaan akrab Sunanto, dalam sambutannya meminta komitmen semua jajaran pimpinannya berkomitmen membesarkan Pemuda Muhammadiyah. Meski, Nanto mengaku dalam kepemimpinannya serasa mulai dari nol. “Semua ‘kosong’, tapi saya yakin dengan komitmen bersama kita bisa maju bersama,” kata pria kelahiran Madura ini.
Cak Nanto juga menyampaikan situasi kebangsaan saat ini, lebih-lebih soal politik kekinian. Bagi dia, Pemuda Muhammadiyah tidak boleh diseret ke arah itu. “Pemuda Muhammadiyah lebih fokus pada kemana arah bangsa ke depan. Bukan siapa Presidennya. Pilih Jokowi ‘monggo’, Prabowo juga ‘monggo’, asal dengan resent (alasan) yang bisa bisa dipertanggung jawaban di dunia dan akurat,” katanya tapi tidak menampik ketika ada perintah dari Pak Haidar tidak bisa menolaknya.
Tidak kalah penting Nanto juga menyinggung soal nasionalisme. “Kami jangan diajari nasionalisme, saya kira itu sudah selesai. Yakinlah dalam jiwa PM tidak diragukan akan nasionalismenya,” kata Nanto meyakinkan kepada pemerintah jika tidak bisa melakukan programnya, maka Pemuda Muhammadiyah sanggup melakukannya, meski hanya diberi 20%. (AK)
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.