SURABAYA, PIJARNEWS.ID – Memasuki semester dua, SD Muhammadiyah 18 Surabaya menyelenggarakan up-grading guru dan karyawan. Kegiatan ini diselenggarakan untuk memantapkan strategi pengembangan sekolah di era disrupsi. Selain itu, kegiatan ini dirancang khusus untuk merumuskan strategi sekolah menjaring calon peserta didik dalam situasi pendemi Covid-19.
“Kegiatan ini merupakan program kerja kepala sekolah yang telah diagendakan dalam raker. Karena begitu penting, kami memutuskan tidak melaksanakannya secara daring, takutnya tidak maksimal. Meskipun dilakukan secara offline, tapi tetap melaksanakan protokol kesehatan dengan ketat,” terang Kepsek SD Muhammmadiyah 18 Cahyo Iswahyudi, Rabu (24/2/2021).
Kegiatan ini rencananya akan berlangsung dalam 4 sesi. Tahap pertama dilangsungkan pada 24 Februari 2021, sesi kedua pada 6 Maret 2021, sesi ketiga tanggal 17 Maret 2021, dan sesi terakhir tanggal 18 Maret 2021.
Pembagian ini dilakukan untuk ‘memecah’ peserta menjadi kelompok-kelompok kecil, sehingga diharapkan peserta tetap menjaga jarak dan tidak berkerumun ketika kegiatan berlangsung.
“Up-grading ini dilaksanakan dengan menerapkan prokes 5M: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjahui kerumunan, dan mengurangi mobilitas,” ujar ketua panitia, Ainur Rofiq.
Pembicara pada sesi pertama, Dr. Solihin Fanani, dalam mukaddimahnya, mengingatkan bahwa mengembangkan sekolah Muhammadiyah berbeda dengan mengembangkan sekolah di luar Muhammadiyah.
Menurutnya, pondasi pertama yang perlu diingat dalam melakukan pengembangan sekolah Muhammadiyah adalah memahami dan menghayati latar belakang sejarah berdirinya sekolah Muhammadiyah, serta karakter sekolah Muhammadiyah itu sendiri.
“Sebagai contoh misalnya, visi dan misi pendidikan Muhammadiyah adalah dakwah dan kaderisasi. Oleh karena itu penting diluruskan, tujuan kita mencari murid bukan untuk mencari keuntungan, tapi untuk berdakwah. Selain itu, seluruh civitas sekolah wajib aktif dan menjadi kader Muhammadiyah,” tuturnya.
“Pengembangan sekolah yang berkelanjutan memang harus dilakukan oleh sekolah Muhammadiyah, namun perlu ditekankan, bahwa sekolah Muhammadiyah tidak boleh beranggapan bahwa sekolah Muhamamdiyah lainnya sebagai pesaing, bahkan sekolah di luar Muhammadiyah juga bukan pesaing. Pesaing sesungguhnya sekolah Muhamadiyah adalah perubahan itu sendiri. Di era industri 4.0 ini, perubahan tersebut benar-benar tak bisa diprediksi dan berjalan sangat cepat (disruption),” imbuhnya.
Selanjutnya, Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur ini memberikan rumus 6F agar sekolah dapat berkembang, yaitu fokus, fast, fun, fighter, fleksibel, dan family.
Sedangkan, agar sekolah dapat maju dan terkenal, doktor mangemen lulusan Universitas Airlangga tersebut membagikan masing-masing 4 rumus.
“Agar sekolah maju, mereka harus melakukan imitasi dan identifikasi. Dua hal perlu dilakukan dalam rangka membranding sebuah sekolah. Kemudian melakukan sugesti, maksudnya sekolah harus berusaha melakuan perubahan yang baik dari dalam. Sedangkan yang terakhir adalah sekolah wajib menemukan sesuatu simpati yang memotivasi,” tuturnya.
Sementara agar menjadi terkenal, Solihin Fanani mengingatkan agar sekolah senantiasa memperhatikan produk, harga, tempat, dan promosi.
“Semua strategi tersebut harus ditunjang oleh manajemen modern yang baik, yaitu manajemen yang people oriented dan efektif, jangan menggunakan yang efesien,” terangnya.
“Pada akhirnya, goal dari manajemen yang baik adalah pelayanan yang optimal. Menurutnya, pelayanan yang baik ini indikatornya ada empat. Tenang (rukun), menang (bersama-sama), senang, dan kenyang. Senang ini muaranya ada dua, internal (guru dan karyawan) dan eksternal (murid dan masyarakat). Sedangkan kenyang adalah kesajahteraan bagi semua. Cara kita memberi kepada orang lain lebih berharga daripada apa yang kita berikan kepada orang lain. Usahakan ada walaupun sedikit,” tandasnya.
Acara up-grading ini terasa begitu meriah, sebab materi-materi strategi dan menejemen disampaikan dengan candaan yang renyah.
Pada peghujung acara, Dr. Solihin memberi pesan, bahwa satu orang pelanggan yang tidak puas lebih berbahaya, daripada seratus pelanggan yang terpuaskan. Selain itu, dalam bahasa kiasan ia menambahkan, kepala sekolah Muhammadiyah itu ‘ngopinya’ harus jauh. (fji/fzi)
Editor: R. Fauzi Fuadi