MALANG, PIJARNEWS.ID – Pusat Studi Islam dan Filsafat (PSIF), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), menggelar kajian rutin tiap bulan dengan tema, Membaca Lebih Dekat Asal-Muasal Manusia, Minggu (21/02/2021).
Sebagai pembicara materi, dokter RSU UMM dr. Thontowi Djauhari, NS., M.Kes, menjelaskan, proses penciptaan manusia yang terdapat dalam Al Quran Surat Al-Mukminun Ayat 12-14. Towi, sapaan akrabnya, menguraikan, isi ayat tersebut yang memiliki arti; Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati berupa tanah, kemudian saripati tersebut kami jadikan nutfah yang tersimpan di tempat kokoh.
“Lalu nutfah menjadi alaqah dan menjadi mudghah. Kemudian mudghah tersebut menjadi tulang belulang. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta yang paling baik,” paparnya.
Fase-fase tersebut, lanjut Tomi, sama seperti pembentukan manusia dalam medis. Dalam Bahasa arab alaqah berarti lintah atau segumpal darah. Pada masa awal bentuk embrio itu seperti lintah. Ketika masa perkembangan embrio gumpalan-gumpalan darah tersebut menyatu dan menjadi segumpal daging.
“Disinilah tahap mudghah dimulai. Janin tersebut terus berkembang memiliki tulang dan daging. Lalu sampailah pada tahap sang ibu melahirkan,” urainya.
Menyambung penjelasannya, Tomi kembali mengutip Al-Quran Surat Al-Isra’ Ayat 36; Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.
“Urutan ini unik dan penting karena sesuai dengan jalannya indra pada bayi. Ketika janin melewati masa mudghoh dan sampai pada fase fetal, hal pertama yang terbentuk adalah telinga di mana bayi bisa mendengar. Lalu diikuti dengan terbentuknya mata yang akan berfungsi empat minggu setelah dilahirkan. Lalu, setelah bisa melihat bayi akan mulai memakai perasaannya untuk berfikir,” lanjut Tomi.
Tomi menutup materinya dengan Qur’an Surat At-Tin ayat 4 yang memiliki arti; Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Berkaca dari ayat tersebut, Tommy menyampaikan, melalui kedua sudut pandang dari sisi medis dan agama, masyarakat dapat lebih mudah memahami dan saling bertukar informasi.
“Saya berharap dengan perbedaan sudut pandang ini dapat menghasilkan sesuatu yang lebih baik,” tandasnya. (ram/mad)