JEMBER, PIJARNEWS.ID – Untuk mitigasi bencana banjir, akademisi Universitas Jember (UNEJ) memaparkan penyebab terjadinya luapan daerah aliran sungai (DAS) Bedadung dan DAS Mayang. Analisa ini dilakukan bersama jajaran Forkopimda dan Balai Taman Nasional Meru Betiri.
Luh Putu Suciati Dosen Fakultas Pertanian UNEJ, mengatakan, tutupan lahan yang ada di Taman Nasional Meru Betiri saat ini berkurang, alias terjadi penggundulan. “Luas lahan kritisnya sekitar 2.700 Ha dan yang sering terjadi adalah pembalakan liar oleh pihak-pihak luar. Sehingga itulah yang mengakibatkan terjadinya banjir,” kata Suciati saat dikonfirmasi sejumlah wartawan, Minggu (7/1/2021).
Suciati juga menjelaskan, terkait dampak banjir yang terjadi di Desa Wonoasri, Andongrejo, dan Curahnongko, Kecamatan Tempurejo, secara tipologi wilayah tersebut diibaratkannya seperti ‘mangkok’. “Jika curah hujan tinggi, maka akan menggenang di Wonoasri dan dua Desa lainnya di Kecamatan Tempurejo tersebut. Mestinya dilakukan perbaikan drainase yang mengalir ke muara, Bandealit sebagai hilirnya dan Wonoasri terletak di bagian tengah, lalu hulunya di Gunung Meru sana,” jelasnya.
Tetapi karena kondisi Gunung Meru sudah mulai gundul akibat pembalakan liar, kata dia, sehingga perlu diupayakan reboisasi.
Sebelumnya, pemerintah sudah mengupayakan untuk menahan debit air pada DAS, dengan membuat tanggul penahan. Namun tanggul tersebut kemarin jebol karena tidak mampu menahan derasnya air. “Curah hujan yang tinggi mengakibatkan tutupan lahan di atas tidak bisa mengimbangi,” ungkap Tenaga Ahli yang ditunjuk UNEJ untuk mitigasi banjir di Jember.
Kepala Balai Taman Nasional Meru Betiri, Maman Surahman, juga sependapat dengan Suciati, kata Maman, hutan sebagai penyangga atau penahan air saat musim hujan tidak menjadi run off untuk menekan banjir. “Seperti di Desa Wonoasri, Curah Nongko, dan Andongrejo ini penutup lahannya mulai berkurang, sehingga kita perlu memulihkan,” ujar Maman.
Maman juga mengungkapkan, upaya reboisasi sebenarnya sudah dilakukan sejak tahun 2017. “Telah diupayakan bagaimana hutan tetap sebagai penahan air, dan hal itu sudah dimulai sejak tahun 2017. Upaya reboisasi tersebut bertujuan untuk keseimbangan alam, dan melestarikan hutan sebagai penyangga ekosistem,” katanya.
Dari hasil analisa penyebab banjir yang dilakukan oleh UNEJ ini, pada Sabtu (6/1/2021) kemarin, dilakukan giat penanaman pohon atau reboisasi di Lahan Taman Nasional Meru Betiri, Kecamatan Tempurejo.
Aksi tanam pohon tersebut, dihadiri juga oleh jajaran Forkopimda Jember, yang diwakili oleh Kapolres Jember AKBP Arif Rahman Arifin, dan Dandim 0824 Jember Letkol (Inf) Laode Mohammad Noerdin, serta Rektor UNEJ Iwan Taruna. (as/mad)