JEMBER, PIJARNEWS.ID – Kini sudah ada teknologi rumah sederhana tahan gempa. Hal itu disampaikan oleh Tim PKM Universitas Muhammadiyah Jember bersama Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian Masyarakat (DRTPM) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dalam kegiatan Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) di Desa Sukogidri, Kecamatan Ledokombo, Kabupaten Jember.
Teknologi tersebut bernama ferosemen yang membuat rumah tahan terhadap gaya geser akibat gempa. Tim Pengabdian yang dipimpin oleh Amri Gunasti ini menyatakan, bahwa di Indonesia jumlah rumah sederhana jauh lebih banyak bila dibandingkan bangunan gedung dengan standar SNI. Rumah sederhana tersebut kadang-kadang tidak memiliki tulangan.
Hal ini menyebabkan dinding rumah sangat rentan roboh ketika gempa terjadi. “Kerusakan dinding rumah akibat gempa yang paling kecil adalah terjadi retak. Tetapi akan fatal bila sampai roboh,” kata Gunasti.
Tim yang beranggotakan Dr Abadi Sanosra dan Dr. Ir. Muhtar ini menambahkan, bahwa Indonesia adalah negara yang rentan mengalami gempa bumi. Hal ini disebabkan oleh karena keberadaan Indonesia yang berada pada lingkaran cincin api atau ring of fire. Oleh karenanya, rumah sederhana harus dipersiapkan kekuatannya terutama pada bagian dinding, sehingga ketika terjadi gempa tidak roboh.
Korban jiwa bukanlah akibat langsung dari adanya gempa, tetapi disebabkan oleh reruntuhan dinding rumah. Gempa bumi tidak mungkin kita hindari, tetapi yang perlu dilakukan bagaimana meminimalkan keruntuhan dinding yang diakibatkan oleh gempa. Mengingat rumah sederhana yang jumlahnya dominan di Indonesia.
Maka program penguatan dinding dengan teknologi ferosemen ini harus masif dilakukan. Program ini dapat berjalan dengan baik, bila tukang bangunan yang ada di desa-desa yang merupakan basis dari rumah sederhana dibekali keahlian menerapkan teknologi ferosemen. Hal ini disebabkan karena tukang bangunan merupakan ujung tombak pembangunan rumah di desa-desa.
Dengan pelatihan ini, kedepan masyarakat dapat berkolaborasi bersama tukang bangunan dengan menerapkan teknologi ferosemen dalam membangun dan meretrofit rumah sederhana, sehingga memiliki ketahanan akibat gempa.
Kegiatan pengabdian dengan judul “Peningkatan Keahlian Tukang Bangunan Menerapkan Teknologi Ferosemen Meretrofit Rumah Sederhana di Lokasi Rawan Gempa” ini dilaksanakan selama delapan bulan dimulai bulan Juni di Desa Sukogidri. Beberapa kegiatan yang sudah dilaksanakan adalah sosialisasi kegiatan yang dihadiri oleh Tim PKM, perangkat desa, tukang bangunan, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jember dan UIN KHAS serta masyarakat Desa Sukogidri.
Kegiatan pelatihan ini menggunakan metode off the job training. Peserta diberikan materi melalui ceramah, pemutaran video serta tanya jawab. Kegiatan inti adalah simulasi atau kegiatan praktek dengan membedah rumah warga yang retak akibat gempa. Kegiatan ini termasuk dalam kategori kegiatan on the job training.
“Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi kami. Selama ini, banyak rumah di Desa kami tidak memiliki tulangan,” ungkap Samin, salah satu perangkat Desa Sukogidri.
“Dengan teknologi ferosemen ini, diharapkan masyarakat bisa menjadi nyaman tinggal dirumah masing-masing,” pungkas Samin. (Amri/Hen)