SURABAYA, PIJARNWES.ID – Radian Jadid, Ketua Pelaksana Program Pendampingan Keluarga Pasien Covid-19 Rumah Sakit Lapangan Kogabwilhan II Indrapura (RSLKI), memaparkan, komunitas pendonor plasma konvalesen dibentuk berawal dari keprihatinan bahwa semakin banyak yang membutuhkan donor plasma konvalesen.
“Keterbatasan dari PMI, ada mesin 5 misalnya, yang efektif digunakan 3, satu mesin berkapasitas 30 dalam sehari. Terus juga belum terkoordinasi para calon pendonor mantan pasien covid yang masih tersebar,” ujar Radian, Kamis (18/3/2021)
Para pasien yang membutuhkan, lanjut Radian, kesulitan untuk mengaksesnya secara langsung. Sehingga, beberapa stakeholder yang peduli akan covid berkumpul di Rumah Sakit Lapangan Kogabwilhan II, Indrapura, Kota Surabaya. Mulai dari PMI, relawan, dan tenaga medis rumah sakit.
“Membahas mencari solusi atau jalan keluar atas beberapa kendala. Yang jelas dalam konteks kebencanaan, kuncinya adalah kecepatan dan ketepatan dalam gerak langkah. Intinya bagaimana mempertemukan mereka yang butuh dengan pendonor dimediasi oleh PMI, sebagai unit transfusinya,” terang Radian.
Kunci dari penanganan Covid, kata Radian, semakin cepat tertangani semakin cepat sembuh. Pertemuan tersebut dilakukan dua kali bulan desember lalu. Mereka sepakat bahwa adanya komunitas ini untuk bersinergi bersama sama.
Radian juga menjelaskan, Plasma Konvalesen adalah bagian dari darah yang kemudian plasma dari mantan pasien Covid-19 diambil. Didalamnya terdapat antibodi dan darah. Agar bisa didonorkan, diproses dalam mesin khusus untuk diambil plasma antibodi.
“Fungsinya plasma tersebut akan didonorkan kepada orang yang terkena Covid-19 baik kondisi sedang sampai berat. Harapannya bisa membantu atau menolong menyiapkan pasukan melawan Covid,” jelas Radian.
Selain Komunitas tersebut, RSLKI juga ada Ikatan Alumni Penyintas Covid-19. Sejak berdirinya rumah sakit, para relawan Program Pendampingan Keluarga Pasien Covid-19 melihat, para penyintas memiliki ikatan emosional dengan tenaga medis. Terutama, dibantu penyembuhan oleh relawan dan dokter yang sering berinteraksi.
“Kami menyadari punya banyak kendala bagaimana antipati masyarakat menilai penyintas Covid-19 dan yang ketiga, kami sudah membaca bahwa alumni alumni ini punya potensi untuk membantu yang lain. Karena mereka sudah pernah terkena, artinya mereka bisa membantu sosialisasi masalah Covid. Jadi lebih tepat sasaran, minimal menyampaikan ke keluarganya,” ucapnya.
Kemudian, mereka juga dibutuhkan plasma darah konvalesen yang ada pada tubuhnya. Radian menyebutkan, ini semakin menguatkan bahwa perlulah dibentuk suatu wadah sendiri untuk didorong supaya mereka bisa berorganisasi.
“Munculah ikatan alumni Covid-19 rumah sakit lapangan. Dan betul pada saat itu kami memberitahukan pada gubernur dan sangat respek sampai deklarasi serta pengukuhan dibawa ke kantor gubernur. Sangat terhormat sekali kami bisa mendampingi penyintas, dan mungkin satu satunya di Indonesia. Sampai hari ini anggotanya sudah lebih dari 5 ribu. Ini sangat luar biasa potensinya menyuplai plasma darah konvalesen. Nah itu lah yang kami harapkan,” katanya.
“Antusiasnya sangat tinggi dan sudah melakukan 3 kali, upaya menggalang para penyintas untuk mengadakan screening di RS ini. Jadi sebelumnya proses screening dan donor darahnya berkomunikasi dulu dengan PMI, kalau proses screening bisa dilakukan diluar. Akhirnya PMI setuju kalau screening dilakukan di RS ini agar menguatkan ikatan emosional sesama anggota. Setiap sabtu ada screening para alumni kami undang sangat antusias. 70 orang 80 lebih, ” sambungnya. (ram/mad)