MALANG, PIJARNEWS.ID – Setelah diundur beberapa kali karena Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) akhirnya digelar dengan dua format. Yakni luar jaringan (luring) dan dalam jaringan (daring).
Ujian yang dilaksanakan untuk menyeleksi calon mahasiswa baru Fakultas Kedokteran dan Farmasi ini diikuti total 1.217 peserta. Rinciannya, 997 peserta Fakultas Kedokteran dan 220 peserta untuk Farmasi. Ujian tersebut dilaksanakan selama 5 hari. Yakni, sejak Selasa (10/8/2021) hingga Minggu (15/8/2021).
Ketua Pelaksana UTBK Suwarsono mengatakan, ujian gelombang dua secara luring dilakukan dengan protokol kesehatan yang lebih ketat dari sebelumnya. Hal ini tidak lepas dari pelaksanaannya yang masih berada di dalam situasi PPKM.
“Seharusnya ujian ini dilangsungkan pada akhir Juli lalu. Namun diundur karena ada PPKM. Kemudian diundur kembali karena adanya perpanjangan pembatasan tersebut. Hingga akhirnya kami selenggarakan pada beberapa hari ini,” tegasnya.
Dijelaskan Suwarsono, beberapa hal yang dilakukan yakni dengan menyediakan masker, pengecekan suhu, handsanitizer, sarung tangan medis dan lainnya. Jumlah peserta dalam satu ruangan tidak lebih dari sepuluh orang. Panitia juga menyiapkan metal detector untuk meminimalisasi kecurangan. Termasuk bekerja sama dengan kepolisian.
Kebijakan ujian daring diambil dan diperuntukkan bagi peserta yang berada di zona merah Covid-19. Mereka diwajibkan untuk menggunakan satu laptop atau komputer dan dua kamera. Satu kamera untuk merekam gambar peserta dan satu lagi utuk merekam keadaan sekitar.
“Hal ini dilakukan untuk mengurangi kemungkinan adanya joki. Porsi peserta yang diterima dari kedua format ini juga dibedakan nantinya,” tambahnya. Terakhir, Suwarsono berharap ujian gelombang dua Fakultas Kedokteran dan Farmasi UMM ini bisa menyeleksi dan mendapatkan mahasiswa baru yang berkualitas.
Sementara itu, salah satu peserta UTBK, Sintia Rahmawati mengatakan, bahwa sebelum masuk ruangan, ia harus melewati deretan protokol kesehatan. Di samping itu juga harus melewati pengecekan keamanan dengan metal detector. “Protokol kesehatan dan keamanannya cukup ketat. Hanya segelintir peserta ujian di ruangan saya,” tuturnya.
Calon mahasiswa asal Kabupaten Bintuni, Papua Barat ini mengaku bahwa perjuangannya untuk bisa mengikuti tes luring ini cukup panjang. Dari kediamannya, ia harus menempuh waktu selama tujuh jam. Kemudian terbang menuju pulau Jawa dan sampai di Malang. “Saya ditemani oleh ayah. Semoga bisa diterima di UMM,” harapnya. (fan)