MOJOKERTO, PIJARNEWS.ID – Deni Indianto (40), salah satu perajin patung, terlihat sibuk memahat batu andesit besar. Dengan menggunakan palu dan linggis kecil, Deni memukul secara berulang-ulang. Mulai bagian kepala hingga bagian badan patung.
Batu yang memiliki tinggi sekitar 100 centimeter itu diperhalus dengan menggunakan gerinda. Banyak sekali debu yang bertebaran, membuat pekerja pemahat harus mengenakan kacamata hitam dan masker. Untuk menghindari iritasi mata.
Setelah digerinda, batu tersebut telah membentuk salah satu tokoh ternama dalam agama Buddha. Yakni, Sidharta Budha Gautama yang sedang tidur dengan posisi berbaring menghadap ke kanan.
Saat ditemui di tempat usaha kerajinan patung di Dusun Jatisumber, Desa Watesumpak, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, banyak sekali model patung yang dipamerkan, mulai dari Patung Ganesha, Patung Tribuana Tunggadewi, Patung Dewa Wisnu dan lain-lain.
Mayoritas penduduk yang berprofesi sebagai pemahat patung merupakan warisan dari zaman Majapahit. Sehingga, karya mereka rata-rata bergaya kerajaan Hindu-Buddha. Pahatannya yang sangat detail dan artistik, membuat patung batu andesit bisa bertahan sampai ratusan tahun.
Deni Indianto, menerangkan, bahkan patung batu andesit diambil dari Sungai Konto. Sebuah daerah di Kandangan, Kediri. Untuk mengangkut batu andesit yang besar, diperlukan kendaraan berupa truk.
“Kalau jaman dulu, pemahat cari sendiri bahannya dengan menggunakan mobil. Kenapa harus cari sendiri karena teksturnya beda. Kalau sekarang tinggal pesan sudah ada tukang cari batu sama tukang angkut. Jadi satu hari sudah sampai,” ujarnya, Senin (22/2/2021).
Deni menambahkan, patung yang dibuat memiliki harga yang berbeda. Tergantung ukuran dan kerumitan dalam membuat patung.
“Kalau ukuran patung semakin kecil, tingkat pembuatannya juga sulit. Ukurannya ada yang 80 centimeter sampai 3 meter. Tergantung permintaan konsumen. Harganya ratusan ribu sampai puluhan juta rupiah,” imbuhnya.
Patung sendiri, lanjut Deni, memiliki dua nilai dalam kehidupan sehari hari. Yaitu nilai produk dan nilai seni. Kedua nilai tersebut memiliki perbedaan dalam proses pengerjaannya.
“Patung yang bernilai produk. Dikerjakan satu orang cukup yang penting asal jadi. Kalau patung yang bernilai seni lebih kompleks. Mulai badan, fungsi, dan motif patung harus detail dan teliti,” paparnya.
Harga patung yang bernilai seni lebih mahal jika dibandingkan dengan patung yang bernilai produk. Menurut Deni, proses pengerjaan, tingkat kerapian lebih diutamakan dalam patung bernilai seni daripada patung bernilai produk.
“Patung yang bernilai seni mengunggulkan kualitas. Sedangkan patung yang bernilai produk mengunggulkan kuantitas,” imbuhnya.
Selain itu, lanjut Deni, patung bernilai produk dikejar waktu dan kapasitas kirim dilakukan satu kontainer. Sehingga patung bernilai produk mengarah ke bisnis. Sedangkan patung yang bernilai seni tergantung pada permintaan customer sendiri. Sehingga patung tersebut mengarah ke nilai estetika.
Deni mengungkapkan, pemesanan patung batu andesit ini sudah merambah ke Nasional bahkan Internasional.
“Pembeli dari Bali, Jawa, Kalimantan, Sumatera, sampai ke Benua Eropa seperti Prancis Jerman, Belanda, Cina, dan Thailand. Biasanya para pelancong Eropa hadir langsung ke tempat untuk periksa harga dan melihat patung,” terangnya.
“Kami juga memasarkan produk patung dengan membuat website. Membuat laman khusus di facebook bernama Majapahit Artstone untuk Online Shop. Di sana, kami sering upload foto tentang kerajinan patung,” imbuhnya. (ram/mad)