Vokalis gambus yang sedang ramai diperbicangkan oleh warga net akhir-akhir ini semakin kelewatan. Berita dengan berbagai tudingan yang belum terlihat faktanya kini ramai di jagat media sosial dan televisi. Dengan adanya rumor tersebut, pihak yang terlibat belum memberikan klarifikasi. Rumor yang beredar adalah seorang vokalis gambus yang lagi dekat dengan salah satu personilnya.
Hal ini tidak menutup kemungkinan untuk selalu diberitakan dan selalu di cari lebih mendalam oleh wartawan ataupun netizen, selagi si terlibat tidak memberi klarifikasi. Namanya yang sudah dirintis dari dulu bisa memudar, secara perlahan bahkan drastis menurun dikarenakan tingkah lakunya. Banyak pihak yang merasa terganggu akibat tingkah laku mereka, bukan hanya mereka berdua, namun istri sahnya, orang tua, tokoh agama, keluarga, beserta masyarakat terkait, juga merasa greget terhadap perbincangan ini.
Gaya Berpenampilan Menentukan?
Salah satu yang ditilik netizen adalah perilaku dan penampilannya. Penampilan dengan style terlihat Islami menjadi bincangan para netizen warga net. Dari style beberapa tahun yang lalu sampai hingga kini, ya mungkin dari penampilan itu mudah menilai sesorang. Namun penampilan dan style itu belum tentu benar, dan belum tentu menunjukkan keasliannya. Beberapa orang yang terlihat style mewah, belum tentu kehidupannya tercukupi, begitupun sebaliknya, orang yang memakai style biasa, hidupnya mapan dan tercukupi, hanya saja mereka tidak memperlihatkan kemewahannya
Sering sekali kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, entah itu sebagai gaya mereka atau sekedar ikut-ikutan. Tapi secara kasat mata kita jangan mudah menilai sesorang dari bentuk penampilan. Karena itu belum tentu menjadi kebenarannya. Kasus personil gambus ini [Nissa-Ayus] telah menyeret citra agama, dimana style Islami telah bersanding dengan rumor pelakor. Tentu ini menjadi hal yang sangat tidak terduga, bagi para fans, dan para penikmat musiknya.
Begitupun dengan para netizen yang selalu mencari-cari info hingga sampai akarnya, sampai-sampai menjadi konten media sosial yang sangat trending di beranda.
Rumor Trending dan Hangat
Kasus yang sedikit berbau agama ini membuat para netizen berkomentar bahwa “penampilan belum menentukan kepribadiannya, lihatlah tenyata pelakor juga ada yang Islami, jadi tak selamnya pelakor itu tidak berjilbab”, begitulah ucapan netizen di media sosial. Lalu ketika kita berpindah kasus lainnya, seperti konten artis yang tidak menutup aurat atau kurang Islami, tentu yang paling utama dilihat netizen adalah pakaiannnya.
Kemungkinan besar hal ini pasti terjadi dikalangan kita masing-masing, ketika ada tetangga yang berpakaian secara hot atau sekedar tidak berjilbab, berbaju/ bercelana pendek, ini pasti akan menjadi perbincangan yang begitu besar. Seolah-olah mereka selalu buruk dan jelek kepribadiannya dimata masyarakat, bukan hanya itu saja, namun masih banyak anggapan-anggapan yang terkadang melewati batas.
Dengan adanya kasus seperti ini, tentu para netizen atau masyarakat yang di sekeliling terlihat pertama adalah segi penampilan, meskipun itu belum semuanya terlihat benar. Dengan kasus yang berbeda, namun pandangan orang teruju dengan hal yang sama, yaitu tentang penampilan dan pakaian. Sekali lagi, pakaian itu bukan tolak ukur pertama yang kita jadikan patokan. Bisa saja orang yang pakaiannya belum baik, mereka memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi, sering menolong orang, peduli akan keberadaan orang yang kurang mampu.
Stop Menilai dari Luar!
Dan begitu sebaliknya juga, ketika orang yang berpenampilan rapi dan baik, belum tentu mereka enteng dalam menolong orang yang ada di sekitarnya. Kita bisa menilai orang dari pakaian itu hanya beberapa persen, bukan secara keseluruhan. Syukur-syukur kalo orang tersebut berpenampilan bagus dan rapi, serta memiliki hati yang baik juga, tapi itu hanya beberapa. Dan tidak boleh semua orang dipukul rata sifatnya, dengan cara dinilai dari luar.
Netizen di sosial media terlalu fokus dengan gaya penampilan dan pakaian seseorang, sehingga terkadang lupa akan menilai sisi kehidupan yang lainnya, padahal masih banyak yang perlu diamati, termasuk tentang akhlak, kehidupan sehri-hari, teman pergaulan dan rasa kemanusiaanya. Terlalu sering, bahkan bisa menjadi kebiasaan masyarakat +62, ketika mengomentari suatu masalah dengan begitu ceplas-ceplos, tanpa melihat hal-hal yang lain, seolah mereka bertindak secara benar dan tidak pernah bersalah.
Kita perlu berfikir ketika kita yang berada di posisi orang yang kita kritik, agar tak terlalu berlebihan, bahkan bisa menyakiti hatinya. Iya kalau ini hanya berlaku di dunia [sakit hatinya]. Namun apa jadinya ketika rasa sakit hatinya ini menjadi jariyah di akhirat nanti?, sungguh tidak lucu bukan. Ya, kita mulai dari diri sendiri, jangan asal berkomentar, sebalum tahu permasalahan yang jelas, telaah dan pelajari persoalannya, baru beragumen. Meskipun kita hidup di negara yang luas, tentunya, juga tidak lepas dari berbagai permasalahan yang ada.
BACA: Pembaca PIJARNEWS.ID Menulis